Astronom dunia, dari Badan Antariksa Eropa (ESO) dan Badan
Antariksa Amerika Serikat (NASA) kini sedang memusatkan perhatian pada
pergerakan sebuah asteroid yang besarnya sedikit lebih panjang dari
lapangan bola. Namanya, Asteroid 2011 AG5.
Batu raksasa itu
diperkirakan bisa menabrak Bumi pada 5 Februari 2040, 28 tahun lagi.
Peluangnya 1:625, yang terbesar yang pernah ada. Jika menghantam kota
yang berpenduduk padat, niscaya petaka yang akan terjadi. Jutaan orang
bisa tewas.
Terkait itu, Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi
Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN),
Thomas Djamaluddin mengakui, pihaknya belum melakukan penelitian
khusus.
"Tim LAPAN hanya memantau kajian internasional. Karena
belum ada teknologi yang canggih di Indonesia, sehingga kami hanya
memantau saja," kata dia kepada VIVAnews.com, Sabtu 3 Maret 2012.
Apalagi,
penemuan obyek tersebut masih dalam jangka waktu yang sangat panjang.
"Artinya jika semakin jauh obyek luar angkasa dari tahun perkiraan,
maka tingkat akurasi semakin buruk. Ini menjadi probabilistik, karena
ada kemungkinan menabrak tapi belum tentu menabrak," kata dia.
Profesor
riset Astronomi-Astrofisika itu menerangkan, ada suatu batas tertentu
bahwa asteroid yang melintas bumi merupakan obyek yang diwaspadai.
Namun meski melintas bumi, belum tentu lintasannya tersebut
membahayakan bumi.
Penelitian di tahun 1990-an menjadi contoh
kasus. Saat itu diperkirakan Komet Swift-Tuttle akan menabrak Bumi pada
tahun 2126. "Namun dengan data terbaru dapat disimpulkan bahwa bumi
dalam kondisi aman meski komet tersebut akan melintas bumi," kata dia.
Thomas
meminta, masyarakat tak perlu khawatir berlebih. "Karena berita
perkiraan tabrakan Asteroid belum bisa dipastikan 100 persen. Mungkin
saja orbit asteroid dapat melenceng akibat gangguan planet-planet
besar," kata dia.
Meski tak secanggih NASA atau ESO, LAPAN juga mengikuti perkembangan informasi obyek dekat Bumi yang berpotensi membahayakan.
Salah satu alasannya, Indonesia pernah kejatuhan asteroid. Asteroid besar pernah meledak di teluk Bone di
Sulawesi pada tahun 2009. Saat itu, asteroid memasuki atmosfer padat
bumi dengan perkiraan jarak 10 meter dari permukaan bumi dan
menimbulkan ledakan. "Saat itu juga telah disiapkan alat pemantau
nuklir yang mendeteksi asteroid hingga ketinggian 30 km sebelum
asteroid bersinggungan ke bumi," tambah dia.
~VIVAnews
No comments:
Post a Comment