Sunday, March 25, 2012

Petani dan Panen Raya ?

Petani, kini sedang nelangsa. Saat panen yang dinantikan, sungguh di luar bayangan nya. Ini sebetul nya yang paling ditakutkan. Panen raya padi berlangsung diiringi hujan. Petani pasti akan menjerit. Bila panen diiringi hujan, tentu akan menyebabkan kadar air gabah menjadi tinggi. Padahal, pada waktu panen berlangsung, para petani sangat berharap agar cuaca sedang cerah-cerah nya, sehingga para petani dapat menjemur gabah agar diperoleh gabah kering panen dan gabah kering giling yang diimpikan. Gabah dengan kadar air yang rendah, jelas  akan membuat harga di tingkat petani menjadi tinggi. Syukut-syukur harga nya dapat jauh di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

   Bulan Maret dan April 2012 adalah saat-saat puncak berlangsung nya panen padi. Petani senantiasa berpengharapan agar cuaca yang ada senantiasa menunjukkan keberpihakan nya. Sebab, walau pun iklim ekstrim yang terjadi selama ini sangat sulit untuk dikendalikan, bukan berarti kita tidak memiliki solusi. Salah satu langkah yang dapat disiapkan dengan cerdas adalah sampai sejauh mana kita mampu mengoptimalkan dukungan teknologi pengeringan dengan optimal ? Persoalan ini sangat penting untuk dicermati, karena kalau kita berkehendak untuk melakukan perlindungan dan pembelaan terhadap petani, maka pada kondisi seperti inilah keterlibatan kita sangat dimintakan.

    Pemerintah sendiri, tentu saja diharapkan mampu menyediakan teknologi yang dibutuhkan oleh petani, terutama di masa panen berlangsung. Petani benar-benar memimpikan agar disekitaran sawah ladang  nya tersedia teknologi pengeringan yang sederhana dan mampu menolong mereka kalau panen berlangsung diiringi dengan hujan cukup deras. Petani juga mendambakan agar fasilitas semacam ini betul-betul menjadi perhatian serius Pemerintah dalam melahirkan kebijakan-kebijakan nya. Di mata petani kebijakan Pemerintah untuk memberikan teknologi paska panen yang dapat menekan tinggi nya kadar air, jelas akan lebih menarik ketimbang kebijakan menaikan harga BBM.

   Panen padi yang sekarang ini berlangsung di berbagai sentra produksi, rupa nya sangat menuntut kepada kita untuk memberi perhatian yang sungguh-sungguh. Bukan saja karena terekam banyak nya keluhan petani tentang terus merosot nya harga jual gabah di tingkat petani, namun bila kita ikuti perbincangan nasional yang tercipta selama ini, tampak nya hal-hal yang berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan petani sendiri, seperti yang kalah pamor dengan pembicaraan-pembicaraan yang berhubungan dengan masalah politik, khusus nya pemberantasan korupsi.

   Akibat nya, ketika tahun lalu kita mengimpor beras diatas 2 juta ton, sikap politik Pemerintah terkesan landai-landai saja. Respon Presiden Sby pun datar-datar saja, berbeda ketika terjadi prahara di Partai Demokrat misal nya. Fakta ini memberi gambaran kepada kita bahwa Pemerintah kita sekarang, memang lebih memberi perhatian yang berlebih terhadap urusan-urusan politik dan kekuasaan, dari pada secara nyata melakukan perlindungan dan pembelaan terhadap kaum tani. Padahal, suatu kekeliruan yang cukup besar, jika kita tidak serius dalam melahirkan kebijakan yang mengarah kepada upaya pemartabatan kaum tani itu sendiri.

   Petani dan panen padi disertai hujan, memang bukan yang dimimpikan petani. Mau nya petani, saat panen berlangsung, kondisi iklim mendukung nya. Cuaca nya cerah dan terjadi nya sorot sinar matahari yang tak redup tertutup awan. Kalau hal ini tercipta, maka petani tidak perlu risau dengan harga jual gabah hasil panenan nya. Namun, kalau kebalikan nya yang terjadi, maka kita pun tidak bisa menyalahkan jika di sana sini terdengar jeritan petani yang memohon dukungan semua pihak, agar mereka dapat terbebas dari suasana yang tengah terjadi. Termasuk Pemerintah yang saat ini sedang manggung. ~SUARA RAKYAT

No comments: