Filsafat Hidup : Memulai Dari Hal Kecil
OPINI | 14 July 2011
“Great opportunities to help other seldom come, but small ones surround us every day.”
Sangat
jarang kita kedatangan kesempatan luarbiasa untuk membantu orang lain,
tetapi kita menemukan hal yang kecil-kecil setiap hari._Sally Koch
Dari
kecil kita sudah di ajarkan untuk belajar bagaimana memberi, semua
orang juga sudah di takdirkan memiliki sesuatu utuk diberikan kepada
orang lain (Islam; shodaqoh), dari mulai senyuman, barang atau jasa,
mesipun harus diakui tidak ada satu orangpun yang bisa memberi apa saja
yang diminta orang lain. Karena itu , urusan memberi atau tidak
memberi, lebih banyak berkaitan dengan masalah Filsafat hidup yang kita
pedomani, ketimbang kaitannya dengan mempunyai atau tidak mempunyai.
-Ada orang yang memedomani filsafat hidup dengan mengambil, mengisap, mencuri dan seterusnya.
-Ada orang yang memedomani filsafat hidup dengan menerima, menunggu diberi, mendapatkan dan seterusnya.
-Ada orang memedomani filsafat hidup memberi, membantu, melayani dan seterusnya.
Teman-teman,
apapun filsafat hidup yang kita pedomani, semuanya adalah pilihan kita,
bukan pilihan siapapun. Filsafat hidup yang paling bagus adalah
filsafat hidup “memberi” dan “melayani” apapun bentuknya. Memberi
adalah jalan untuk diberi lebih banyak. Abraham Lincoln mantan presiden
Amerika yang termasyur pernah mengatakan : Didunia ini tidak ada orang
yang lebih mulia selain karena dirinya memberi. Nabi Muhammad berpesan : bahwa tangan diatas (memberi) akan selamanya lebih
baik dari tangan dibawah (menerima). Nabi Isa / Yesus kristus :…Berilah
maka kamu akan diberi, ketuklah maka pintu akan dibukkanan untukmu.
Temuan psikologi mengatakan bahwa orang yan memberi jauh lebih bahagia dibanding dengan orang yang diberi.
Melayani juga tidak kalah pentingnya dengan sikap/habits memberi, Mahatma Gandhi seorang bapak India pernah mengatakan :”…The best way to find yourself is to lose yourself in the service of others_…Cara terbaik untuk mengetahui diri anda adalah menenggelamkan egoisme anda dalam melayani orang lain”.
Selain
bisa meningkatkan pengetahuan kita tentang diri kita, melayani orang
lain dapat meningkatkan pengetahuan kita tentang diri orang lain.
Menurut pakar kecerdasan emosi (EQ), melayani orang lain
dapat meningkatkan kemapuan kita dalam ber-empati, yang merupakan salah
satu pilar kecerdasan emosi, Daniel Goleman menyarankan :
-Undesrstanding others : Belajarlah menangkap isi perasaan dan pikiran orang lain dalam setiap masalah yang dihadapi.
-Service Orientations : Belajarlah memberikan pelayanan yang dibutuhkan orang lain
-Developing Others : Belajarlah memberikan masukan-masukan yang positif
-Leveraging diversity : Belajarlah mengambil memfaat dari perbedaan anggota tim, bukan menciptakan masalah dari perbedaan.
-Polical Awareness : Belajarlah memahami aturan main dalam interaksi kita dengan orang lain
Pada intinya terlepas dari ajaran/doktrin agama manapun, bahwa dengan mengembangkan habitus “memberi dan melayani”
maka sedikit demi sedikit akan membawa perubahan besar dalam setiap
sisi kehidupan manusia. Karena, tidak bisa kita pungkiri bahwa kita
manusia lebih senang diberi dan dilayani ketimbang memberi dan
melayani, mari kita belajar dari teladan tokoh-tokoh besar agar hidup
kita lebih bermakna untuk orang lain.
No comments:
Post a Comment