Menolong itu sebuah kegembiraan
Manusia bukan Musuh
- Pusing dengan hal-hal seperti ini, seorang murid mencoba mengadu
pada gurunya. Dengan lembut gurunya berpesan, sesakit apa pun tubuhmu,
seberat apa pun beban jiwamu, berjanjilah bahwa manusia tidak pernah
menjadi musuh kita. Musuh sesungguhnya adalah kesalahpahaman.
- Tersentuh oleh pesan-pesan seperti inilah, mereka yang memiliki
kedewasaan kemudian menghentikan permusuhannya dengan semua orang.
Kemudian pelan perlahan mengurai banyak sekali kesalahpahaman. Bukan
dengan perdebatan, melainkan dengan kebaikan. Seperti pesan tetua di
Jawa: “huruf Jawa bila dipangku mati”. Dipangku maksudnya diorangkan.
Yang mati dalam hal ini bukan tubuhnya, melainkan egonya.
- Dan tatkala keakuan tewas, ada diri yang lebih agung muncul yang
lahir hanya untuk menolong. “Menolong itu sebuah kegembiraan”,
begitulah kira-kira prinsip manusia jenis terakhir. Sister Chan Khong
dalam Learning True Love menuturkan, bila ia menikah mungkin hanya
bisa melayani beberapa anak. Namun tanpa pernikahan, ada ribuan anak
yang bisa diselamatkan. Dalam otobiografi pelayanannya ini, wanita
lembut ini menjadi ‘pengemis’ ke sana ke mari untuk membangun
rumah-rumah yang hancur oleh bom, mengobati anak-anak yatim piatu,
membawa mereka kembali ke sekolah di Vietnam.
- Dan yang paling mengagumkan dari semua ini, di salah satu halaman
buku indah ini ia berbisik, ketika meminta bantuan materi ke
orang-orang, sesungguhnya ia tidak saja membantu korban perang di
Vietnam, namun juga melatih banyak pemberi untuk membangunkan
sifat-sifat kebaikan yang ada di dalam dirinya.
- Terlihat jelas, dalam setiap kegiatan pertolongan, tidak saja yang
diberi memperoleh manfaat, yang memberi pun memperoleh manfaat. Bahkan
manfaat yang lebih besar: matinya ego sekaligus lahirnya kebaikan. Di
jalan ini, berlaku rumus generousity is complete in itself. Pemberian
itu sudah sempurna hanya dengan dilaksanakan. Tanpa dihitung, tanpa
ditagih, tanpa diharapkan. Ada juga yang menulis: The very purpose of
spiritual practise is to serve others. Melayani, itulah satu-satunya
tujuan olah spiritual.
Lahirnya Bayi Kebaikan
- Sebagaimana diceritakan rapi oleh film Pay It Forward. Satu kebaikan
bisa beranak pinak sampai merubah sebagian besar masyarakat. Andaikan
banyak pemimpin yang trampil menyemai bibit-bibit kebaikan (melalui
keteladanan), menyediakan lahan pada organisasi yang menghargai
pelayanan, serta menyiraminya dengan imbalan memadai, betapa indahnya
dunia kerja.
- Institusi keluarga yang sedang mengalami keruntuhan, hubungan antar
manusia yang memanas di mana-mana, juga ikut ketularan. Ia yang tekun
di jalan ini akan mengerti, dalam jangka panjang hanya kebaikan yang
paling menyelamatkan. Compassion is the best protection. Inilah
survival of the kindest. Yang bertahan pada akhirnya hanyalah yang
bernafas dengan kebaikan.
- Ini tidak perlu dilakukan dengan cara yang hebat-hebat. Seorang
wanita bule di Ubud Bali memberi makan pada sejumlah anjing kampung
setiap hari. Sahabat kasir mengembalikan uang lebih nasabah. Suami
membantu isterinya mencuci piring ketika pembantu pulang kampung. Ada
Ibu yang menemukan kebahagiaan sekaligus kebanggaan dengan menyayangi
anak-anaknya. Tetangga non muslim ikut menjaga rumah-rumah yang kosong
di hari-hari lebaran.
- Mengulangi pesan di atas, ketika kita melaksanakan kebaikan
sesungguhnya tidak saja sedang menolong orang, namun juga mendidik
diri untuk menjadi baik. Dan kebaikan inilah suatu hari yang akan
menyelamatkan.
- Perhatikan pesan seorang guru: “Memberilah terus menerus. Dan lihat
wajahmu berubah menjadi lebih lembut di cermin setelah melakukan banyak
pemberian”.
- Bagi yang sudah ngelakoni, tidak saja muka jadi lembut, kehidupan
memunculkan kelembutan di mana-mana. Isteri, suami semuanya terlihat
lembut. Bukan karena berubah dalam sesaat, namun karena kaca mata yang
dikenakan adalah kaca mata kelembutan. Sehingga semuanya tidak punya
wajah lain terkecuali kelembutan. ~ GEDE PRAMA
No comments:
Post a Comment