Friday, September 2, 2011

kebahagiaan ada didalam diri

  • Bila saja ada kesempatan untuk bertanya pada sejumlah orang di jalan raya, apakah mereka mau bahagia, kemungkinan besar semua orang mau bahagia. Catatannya kemudian, kendati semua mau bahagia, amat sedikit manusia yang betul-betul bahagia.
  • Ada yang mencarinya dalam harta, ada yang menggalinya dalam hubungan seks, ada yang mencoba membuka misterinya melaui nama baik, dan tentu saja masih ada yang lain. Sudah lama sekali peradaban manusia bereksplorasi dalam hal ini. Namun hasilnya sudah dicatat sejarah, semakin hari semakin sedikit manusia yang betul-betul berbahagia.
  • Buktinya, perang dan konflik tidak mengenal henti, rumah sakit jiwa penuh di mana-mana, angka perceraian di seluruh dunia menaik, penyebaran narkoba cepat sekali, angka bunuh diri menaik drastis. Di negeri makmur bernama Prancis, ada yang melaporkan angka bunuh diri per tahunnya berjumlah 12 ribu manusia. Ini berarti 32 orang per harinya. Di Bali pernah ada yang menulis, tiga hari sekali ada seorang manusia bunuh diri. Bila di pulau indah bernama Bali serta negara makmur bernama Prancis saja angka bunuh dirinya demikian fantastis, layak ditanyakan apa yang terjadi di tempat-tempat yang lebih minus.
  • Merenung di atas bahan renungan seperti ini, mungkin sudah saatnya mengurangi pencarian kebahagiaan ke luar, kemudian mulai menggalinya ke dalam. Dalam bahasa tetua Bali disebut Pura Dalem. Secara fisik, Pura Dalem memang tersedia untuk sembahyang siapa saja yang mau. Tapi secara batiniah, teramat sedikit pencari yang betul-betul ke dalam. Baik karena zaman kali yuga (zaman yang penuh dengan kegelapan kemarahan, kedengkian, dendam dll) maupun karena ciri manusia yang lahir di zaman ini cenderung mudah kalah oleh keinginan. Yang jelas, ke mana pun mata menoleh, yang tersedia sebuah fakta menyedihkan: semakin langkanya manusia bahagia.
  • Perhatikan cara kita berbahagia dulu ketika masih muda. Nyaris semua sumber kebahagiaan berasal dari kegiatan memberi sesuatu untuk diri sendiri. Dari membeli sepatu baru, jeans baru, sepeda motor baru hingga rumah baru. Namun begitu menua, kehidupan memaksa kita menemukan kebahagiaan dengan cara memberi sesuatu untuk orang lain. Yang menjadi orang tua merasakan langsung, bagaimana beratnya beban merawat bayi, betapa besarnya godaan memiliki putera puteri yang sedang bertumbuh, betapa banyak stok kesabaran yang diperlukan untuk melayani istri yang mau menopause, betapa banyak stok kesabaran yang diperlukan untuk melayani suami yang puber ke dua. Intinya, semakin tua umur, kehidupan memaksa manusia untuk menemukan kebahagiaan dengan cara memberi untuk orang lain.
  • Ini berarti, ciri manusia yang sudah mulai menggali ke dalam dan menemukan kebahagiaan, ketika ia sudah belajar berbahagia dengan cara berbagi pada orang lain. Bentuknya tidak selalu uang dan harta, senyuman juga sebuah pemberian. Mematikan kran air yang lupa dimatikan, meminggirkan batu berbahaya di tengah jalan, memberi kesempatan pada orang lain untuk jalan duluan, menyayangi anak-anak nakal sekalipun, sampai peduli dengan nasib anak yatim piatu dan orang tua di panti jompo, hanyalah sebagian kecil contoh kebahagiaan yang bisa ditemukan melalui kepedulian pada orang lain.
  • Indahnya kebahagiaan yang ditemukan di dalam, semakin banyak memberikan rasanya kita menjadi semakin kaya di dalam. Dalam perspektif seperti ini, ada banyak buku dan karya tentang kebahagiaan. Hanya saja, semua buku dan karya sesungguhnya hanya jari yang menunjuk ke bulan. Jadi, hanya dengan membaca, mendengar, mengerti  manusia belum melangkah. Langkah baru dimulai ketika semua belajar melaksanakan. Dan pesan minggu ini mengundang semua sahabat untuk memulainya dengan langkah sederhana namun mendalam: tersenyumlah dan lihat bagaimana pintu kebahagiaan itu terbuka untuk Anda.

No comments: