kebahagiaan ada didalam diri
- Bila saja ada kesempatan untuk bertanya pada sejumlah orang di jalan
raya, apakah mereka mau bahagia, kemungkinan besar semua orang mau
bahagia. Catatannya kemudian, kendati semua mau bahagia, amat sedikit
manusia yang betul-betul bahagia.
- Ada yang mencarinya dalam harta, ada yang menggalinya dalam hubungan
seks, ada yang mencoba membuka misterinya melaui nama baik, dan tentu
saja masih ada yang lain. Sudah lama sekali peradaban manusia
bereksplorasi dalam hal ini. Namun hasilnya sudah dicatat sejarah,
semakin hari semakin sedikit manusia yang betul-betul berbahagia.
- Buktinya, perang dan konflik tidak mengenal henti, rumah sakit jiwa
penuh di mana-mana, angka perceraian di seluruh dunia menaik,
penyebaran narkoba cepat sekali, angka bunuh diri menaik drastis. Di
negeri makmur bernama Prancis, ada yang melaporkan angka bunuh diri per
tahunnya berjumlah 12 ribu manusia. Ini berarti 32 orang per harinya.
Di Bali pernah ada yang menulis, tiga hari sekali ada seorang manusia
bunuh diri. Bila di pulau indah bernama Bali serta negara makmur
bernama Prancis saja angka bunuh dirinya demikian fantastis, layak
ditanyakan apa yang terjadi di tempat-tempat yang lebih minus.
- Merenung di atas bahan renungan seperti ini, mungkin sudah saatnya
mengurangi pencarian kebahagiaan ke luar, kemudian mulai menggalinya ke
dalam. Dalam bahasa tetua Bali disebut Pura Dalem. Secara fisik, Pura
Dalem memang tersedia untuk sembahyang siapa saja yang mau. Tapi secara
batiniah, teramat sedikit pencari yang betul-betul ke dalam. Baik
karena zaman kali yuga (zaman yang penuh dengan kegelapan kemarahan,
kedengkian, dendam dll) maupun karena ciri manusia yang lahir di zaman
ini cenderung mudah kalah oleh keinginan. Yang jelas, ke mana pun mata
menoleh, yang tersedia sebuah fakta menyedihkan: semakin langkanya
manusia bahagia.
- Perhatikan cara kita berbahagia dulu ketika masih muda. Nyaris semua
sumber kebahagiaan berasal dari kegiatan memberi sesuatu untuk diri
sendiri. Dari membeli sepatu baru, jeans baru, sepeda motor baru hingga
rumah baru. Namun begitu menua, kehidupan memaksa kita menemukan
kebahagiaan dengan cara memberi sesuatu untuk orang lain. Yang menjadi
orang tua merasakan langsung, bagaimana beratnya beban merawat bayi,
betapa besarnya godaan memiliki putera puteri yang sedang bertumbuh,
betapa banyak stok kesabaran yang diperlukan untuk melayani istri yang
mau menopause, betapa banyak stok kesabaran yang diperlukan untuk
melayani suami yang puber ke dua. Intinya, semakin tua umur, kehidupan
memaksa manusia untuk menemukan kebahagiaan dengan cara memberi untuk
orang lain.
- Ini berarti, ciri manusia yang sudah mulai menggali ke dalam dan
menemukan kebahagiaan, ketika ia sudah belajar berbahagia dengan cara
berbagi pada orang lain. Bentuknya tidak selalu uang dan harta,
senyuman juga sebuah pemberian. Mematikan kran air yang lupa dimatikan,
meminggirkan batu berbahaya di tengah jalan, memberi kesempatan pada
orang lain untuk jalan duluan, menyayangi anak-anak nakal sekalipun,
sampai peduli dengan nasib anak yatim piatu dan orang tua di panti
jompo, hanyalah sebagian kecil contoh kebahagiaan yang bisa ditemukan
melalui kepedulian pada orang lain.
- Indahnya kebahagiaan yang ditemukan di dalam, semakin banyak
memberikan rasanya kita menjadi semakin kaya di dalam. Dalam perspektif
seperti ini, ada banyak buku dan karya tentang kebahagiaan. Hanya saja,
semua buku dan karya sesungguhnya hanya jari yang menunjuk ke bulan.
Jadi, hanya dengan membaca, mendengar, mengerti manusia belum
melangkah. Langkah baru dimulai ketika semua belajar melaksanakan. Dan
pesan minggu ini mengundang semua sahabat untuk memulainya dengan
langkah sederhana namun mendalam: tersenyumlah dan lihat bagaimana
pintu kebahagiaan itu terbuka untuk Anda.
No comments:
Post a Comment