Meditasi: Kesembuhan, Kedamaian, Keheningan
- Puluhan tahun lalu, ketika seorang guru mengatakan rugi hidup jadi
manusia tanpa berlatih meditasi, ada keraguan di dalam sini. Namun,
setelah pelan perlahan berlatih meditasi, ternyata saran guru tadi
benar. Kesehatan, kedamaian, kebahagiaan, keheningan bahkan kebebasan
bisa menjadi buah meditasi.
-
Daniel Goleman dari Harvard agak jauh dalam meneliti hubungan meditasi
dengan kesehatan. Titik kuncinya, terletak pada pengaruh langsung
meditasi terhadap kekebalan tubuh. Bila kekebalan tubuh membaik, apa
lagi sempurna, maka kesehatan bisa dibuat lebih baik.
- Tulku Thondup dalam The Healing Power of Mind (Shambala 1998) lebih terang lagi. Salah satu tesis kunci buku ini berbunyi: ”Accepting without blaming is the true turning point of healing”.
Berbeda dengan jalan penyembuhan umumnya yang membuang banyak sekali
hal, dalam pendekatan ini penerimaan adalah titik balik penyembuhan.
Dan meditasi, salah satu buahnya adalah penerimaan akan kehidupan.
- Yongey Mingyur Rinpoche dalam The Joy of Living (Harmony
Books 2006) punya tesis sederhana. Suka cita tidak saja menyembuhkan
secara spiritual, juga menyembuhkan secara biologi. Makanya dalam karya
ini ditulis konsep The Biology of Compassion. Kasih sayang
tidak saja berwajah spiritual, tetapi juga memberi dampak pada
kesehatan biologis. Melalui meditasi, pelan perlahan manusia menjadi
penuh kasih sayang.
- Bernie Siegel dalam Peace, Love and Healing (Rider 1999), salah satu babnya berjudul The Physiology of Love, Joy and Optimism.
Ternyata cinta kasih, suka cita, keyakinan amat membantu upaya
penyembuhan tubuh. Sebagaimana dialami banyak praktisi meditasi, cinta
kasih, suka cita, keyakinan akan bertumbuh dengan sendirinya sejalan
dengan kemajuan meditasi.
- Soal pengaruh langsung meditasi terhadap kedamaian, kebahagiaan dan
keheningan, ia sudah dibuktikan oleh banyak sekali yogi selama ribuan
tahun. Bagi mereka yang praktek meditasinya sudah mendalam –
lebih-lebih sudah kerap beristirahat dalam samadhi (konsentrasi) -
bisa melihat secara langsung kalau kesedihan, penderitaan, duka cita
hanyalah akibat dari pikiran yang tidak terlatih.
- Itu sebabnya, salah satu pengertian meditasi yang sederhana sekaligus mendasar adalah: to meditate is to familiarize.
Meditasi adalah membiasakan pikiran. Dari pikiran monyet (yang
melompat-lompat tidak puas, tidak jelas ke mana-mana) menuju pikiran
singa. Makanya salah satu perlambang pencerahan adalah singa karena
singa duduk tenang di hutan tidak menakuti apa-apa. Termasuk tidak
menakuti kematian.
Membadankan meditasi
- Pengertiannya memang sederhana, namun membadankannya dibutuhkan
waktu, ketekunan dan kesabaran yang cukup. Sebagai langkah awal, ada
empat pendekatan membadankan meditasi.
- 1. Aspiration, ada niat kuat untuk berlatih meditasi.
Berbagai macam cara kehidupan membukakan pintu meditasi. Ada yang sakit
tidak tersembuhkan, ada yang stres berkepanjangan, ada yang frustrasi
ke sana ke mari mencari dan tidak ketemu, ada juga memang yang tertarik
meditasi tanpa perlu menunggu datangnya masalah. Namun apa pun pintu
pembukanya, tertarik belajar meditasi, itu sebuah langkah awal yang baik
.
-
2. Habituation,
niat meditasi ini kemudian dibadankan melalui serangkaian kebiasaan
dalam keseharian. Bila belum bisa satu jam setiap hari, mulailah dengan
setengah jam sehari. Jika belum bisa menyentuh konsentrasi sekarang,
cobalah terus. Bila menemukan keseimbangan naik sepeda saja diperlukan
waktu, apa lagi meditasi.
- 3. Commitment, tanpa komitmen perubahan mana pun
tidak mungkin dilakukan. Teruslah berlatih meditasi. Belum berjumpa
guru yang cocok, belum ketemu teknik yang tepat, belum punya waktu dan
kesempatan memadai, semua itu bukanlah alasan. Lakukan terus meditasi.
Ibarat perjalanan panjang, melangkahlah terus menerus. Kadang memang
salah jalan, atau malah tersesat sebentar. Namun pengalaman salah jalan
dan tersesat ini akan amat berguna kemudian.
- 4. Consystency, ini ibarat menetesi batu dengan air.
Bila batu ditetesi air beberapa hari, ia tidak menghasilkan apa-apa.
Sebaliknya, batu mana pun akan berlubang bila ditetesi air terus
menerus selama bertahun-tahun. Meditasi juga serupa. Ia bukan pekerjaan
harian, bukan bulanan, melainkan pekerjaan tahunan yang mesti dilakukan
secara konsisten selama bertahun-tahun.
- Kekuatan penghalang, kekuatan pembuka
-
Seperti memasuki sebuah wilayah baru, meditasi juga penuh halangan.
Dari halangan fisik (badan yang lemah dan lelah), kejiwaan (malas,
ragu, takut) sampai dengan halangan konsep. Halangan fisik biasanya
diselesaikan dengan banyak berolahraga serta menjaga kualitas diet
seseorang. Halangan kejiwaan bisa ditembus dengan banyak membaca,
berjumpa guru, menimba pengalaman dari orang lain. Dan halangan yang
terberat adalah halangan konsep. Dari halangan konsep yang negatif
(bertentangan dengan agama, meditasi bisa membuat seseorang jadi gila
dll), sampai dengan halangan konsep yang bersifat positif (bahwa
meditasi harus begini dan begitu, meditasi harus selalu menenangkan,
harus selalu mendamaikan). Padahal (sebagaimana akan diulas di bawah
ini secara lebih mendalam), meditasi seperti cuaca di atas sana. Tidak
pernah ada cuaca yang selalu mendung, atau selalu terang benderang.
- Oleh karena itulah, lebih mudah memasuki gerbang meditasi bila seseorang memiliki pikiran yang terbuka (open mindedness). Makanya, salah satu arti meditasi berbunyi: to meditate is to take a rest.
Meditasi adalah istirahat sepenuhnya pada apa saja yang terjadi di saat
ini. Dan pekerjaan istirahat ini, lebih mudah dilakukan bila seseorang
memasuki gerbang meditasi tanpa konsep ini tanpa konsep itu. Tanpa
harapan bahwa meditasi harus begini, meditasi harus begitu.
- Awalnya konsep diperlukan
- Seperti memulai perjalanan, awalnya kita memerlukan peta dan kompas
perjalanan (baca: konsep). Itu sebabnya, mereka yang baru berkenalan
dengan meditasi akan diminta duduk bersila dengan punggung yang lurus
dengan leher, mata dibuka sedikit, obyek perhatian (konsentrasi) bisa
dipusatkan pada nafas atau gerakan perut. Bagi mereka yang banyak
diganggu kemarahan dan kebencian diminta merenungkan hakekat kehidupan
yang penuh dengan kebaikan dan cinta kasih orang lain. Ia yang hawa
nafsu seksnya bergelora diminta merenungkan sifat tubuh manusia yang
menjijikkan. Praktisi pemula yang pikirannya susah berkonsentrasi akan
dibantu dengan berbagai macam alat bantu.
- Termasuk dalam pendekatan konsep ini, banyak praktisi meditasi yang
menggunakan keadaan pikiran yang terpusat rapi (tanpa bergerak sedikit
pun) di sebuah titik sebagai tujuan. Bagusnya pendekatan ini, ia
memberi semangat akan arah perjalanan, Bahayanya, ia sudah menimbulkan
rasa frustrasi pada praktisi meditasi dalam jumlah yang tidak terhitung.
- Sebagai saran sederhana, bagi praktisi pemula silahkan gunakan
konsep-konsep ini sebagai peta dan kompas perjalanan. Namun sadari
sejak awal, peta dan kompas hanya alat bantu, bukan tujuan itu sendiri.
Melekat ngotot bahwa meditasi harus begini dan harus begitu (sesuai
dengan konsep) membuat seseorang gagal berisitirahat di saat ini.
Sebaliknya, meditasi malah menciptakan ketegangan (stress) baru.
- Di suatu waktu, ketika meditasi sudah mulai menjadi kebiasaan,
lebih-lebih menyatu dengan setiap langkah keseharian, di sana
diperlukan lompatan untuk keluar dari konsep. Dalam bahasa seorang
guru: “Effort is necessary when we are not proficient”.
Sebelum meditasi membadan dalam keseharian, manusia memerlukan usaha,
upaya, bimbingan dan konsep. Sebaliknya, ketika meditasi sudah menyatu
dengan keseharian, melompatlah dari effort (upaya) menjadi effortless (alamiah, spontan, otentik, tanpa konsep).
Bebas dari konsep
-
Menyadari sifat konsep yang menciptakan ketegangan dan belenggu baru
inilah, kemudian layak direnungkan memasuki gerbang meditasi tanpa
konsep. Ada yang menyebut meditasi sebagai a jorney without goal.
Sebuah perjalanan tanpa harapan.
- Banyak manusia yang dibikin frustasi oleh meditasi karena berharap
ngotot dan kaku kalau setelah sekian tahun berlatih meditasi maka
pikiran bisa diikat erat hingga berhenti berlari ke sana ke mari.
Semakin keras mereka berusaha mengikatnya, semakin frustasi perjalanan
meditasi.
- Padahal bila direnungkan dalam-dalam, hakekat pikiran yang belum
tercerahkan memang berlarian. Ia sesederhana samudera yang
bergelombang, air yang basah dan api yang panas. Memaksa pikiran belum
tercerahkan agar berhenti berlari, sama dengan memaksa samudera agar
tidak bergelombang, memaksa air agar tidak basah, memaksa api agar
tidak panas. Ia tidak saja tidak alami, juga membuat frustasi.
- Untuk itulah, penting untuk istirahat di saat ini dengan membiarkan
semuanya terbuka apa adanya. Air tentu saja basah, api tentu saja
panas. Makanya ada guru meditasi yang bergumam lembut: “Tidak ada yang
perlu dirubah dalam meditasi!”. Satu-satunya hal yang perlu “dirubah”
adalah kualitas kesadaran seseorang pada apa saja yang sedang terjadi.
- Ciri praktisi meditasi yang praktek kesadarannya sudah mendalam, ia
tidak lagi sibuk dengan cara melekat pada hal-hal positif dan menolak
hal-hal negatif, merayakan kesenangan serta menendang kejengkelan.
Seperti cuaca di atas sana, ada saatnya mendung, ada kalanya terang
benderang. Hanya keterbukaan untuk memeluk semua apa adanyalah yang
membuat seseorang bisa beristirahat rapi di saat ini.
- Bila keseharian yang sudah berpelukan rapi dengan saat ini, kemudian berjumpa dengan tabungan kebaikan (accumulation of merit) yang cukup, serta pengalaman menyatu dalam keheningan (accumulation of wisdom), di sana baru mungkin terbuka kemungkinan lahirnya pikiran singa (lion mind) yang duduk rapi tidak menakuti apa-apa.
- Pembebasan yang pertama dan terakhir
- Sebagai ringkasan sederhana (namun tidak perlu membelenggu), perjalanan meditasi bisa disarikan ke dalam tiga langkah berikut:
- 1. Perjalanan meditasi dimulai dengan belajar untuk sering-sering
bersentuhan dengan ketenangan dan keseimbangan (samatha). Ada samatha
yang dibantu obyek (nafas, gerakan perut dll), ada juga samatha tanpa
obyek. Hanya istirahat pada saat ini apa adanya. Ciri utama samatha, ia
menggoda seseorang untuk senang dan nyaman tinggal di sana
selama-lamanya. Sebagai langkah penyembuhan awal penyakit fisik, ini
membantu membuat kekebalan tubuh mulai membaik. Dari segi bersihnya
seseorang akan emosi negatif (kebodohan, keserakahan, kemarahan),
samatha memang memotong seluruh cabang dan batang pohon emosi negatif.
Tetapi akarnya belum tercabut apa lagi dibakar. Di titik ini juga,
kerap sejumlah praktisi mengalami kemampuan-kemampuan ‘lebih’ seperti
bisa membaca fikiran orang, melihat masa depan dan sejenis. Hati-hati
untuk tidak berhenti di sini. Berhenti di sini berarti terjebak di
tengah jalan. Meninggalkan ketenangan, keseimbangan yang nyaman sungguh
tidak mudah. Namun di titik inilah diperlukan keberanian, keteguhan
untuk keluar dari kenyamanan samatha.
- 2. Bila dalam samatha seseorang masih memiliki sesuatu yang
disenangi, dalam Vipashana (pandangan terang) praktisi belajar untuk
tidak melekat pada hal-hal menyenangkan, tidak menolak hal-hal
menjengkelkan. Lebih sempurna dari ketenangan keseimbangan samatha, di
tingkat Vipashana manusia belajar untuk melihat apa saja yang muncul
seperti awan yang muncul dan lenyap. Yang menyenangkan awan putih, yang
menjengkelkan awan hitam, keduanya muncul lenyap secara tidak kekal.
Siapa saja yang sudah membadankan ini dalam-dalam, lama-lama akan
seperti langit (sebagai simbol Vipashana). Awan putih tidak membuat
langit jadi putih, awan hitam tidak membuat langit jadi hitam. Apa pun
yang terjadi langit tetap biru, luas tidak terbatas. Dari segi
kebersihan seseorang akan emosi negatif, pada tahapan ini tidak saja
batang dan cabang pohon emosi negatif sudah ditebang, seluruh akar
pohonnya sudah dicabut dan dibakar. Kadang ada yang tergoda untuk
menyebut ini pencerahan. Padahal belum. Secara lebih spesifik, kondisi
ini kerap disebut: “It’s purified but not perfected”. Batin memang sudah dimurnikan melalui praktek langit birunya Vipashana. Namun ia belum disempurnakan.
- 3. Penyempurnaan batin yang sudah mengalami pandangan terang
dilakukan melalui praktek enam kesempurnaan: kesempurnaan memberi,
kesempurnaan etika, kesempurnaan kesabaran, kesempurnaan semangat,
kesempurnaan konsentrasi, kesempurnaan keheningan (kekosongan). Lima
kesempurnaan yang pertama (memberi, etika, kesabaran, semangat dan
konsentrasi) ibarat kaki yang melangkah menuju tujuan. Kesempurnaan
keenam (keheningan atau kekosongan) serupa mata yang membimbing
perjalanan. Makanya ada yang menyebutkan, keheningan yang tidak dipeluk
oleh kasih sayang tidak pernah diajarkan sebagai jalan pencerahan.
Sebagaimana bahan renungan terdahulu, keheningan baru sempurna bila
diisi dengan kasih sayang (sebagai intisari lima kesempurnaan). Kasih
sayang baru sempurna jika dilakukan dalam keheningan (baca: tanpa
keakuan). Ia yang dua sayap keheningan dan kasih sayangnya sudah sama
kuatnya, di waktu kematian akan bernasib serupa anak burung garuda.
Begitu telurnya pecah, ia langsung terbang bebas ke alam pencerahan.*)
-
*) Di Tantra, salah satu pendekatan yang tersedia dalam menerangkan
perjalanan meditasi adalah empat yoga Mahamudera. Pertama bernama
one-pointedness. Di tahap ini, seseorang bisa istirahat dalam
ketenangan-keseimbangan selama ia inginkan. Kedua, simplicity
(kesederhanaan). Pada tingkatan ini, praktisi meditasi mulai menjadi
sesederhana bayi yang istirahat (berteduh) pada pikiran biasa (ordinary
mind). Ketiga, one taste maknanya semua dualitas (baik-buruk,
benar-salah, suci-kotor dll) kehilangan cengkeramannya, kemudian
membuat semuanya menjadi satu rasa (tidak lagi dua rasa). Meminjam
pendapat Lama Zopa Rinpoche: ”Dalam Shunyata (keheningan sempurna)
semuanya satu rasa”. Keempat, setelah disempurnakan one taste, praktisi meditasi kemudian melangkah menuju nonmeditation. Di tahapan ini, semua dualitas tetap (dualistic fixation),
kebiasaan, kerangka serta konsep lenyap. Tidak ada lagi yang perlu
digali, tidak ada lagi yang perlu dicapai. Seseorang sudah sampai di
ujung perjalanan. Apa yang perlu dimurnikan sudah dimurnikan, apa yang
butuh disempurnakan sudah disempurnakan. Semuanya menjadi meditasi.
Terutama dengan mempertahankan keadaan pikiran yang tidak terganggu (undistracted mind). Makanya dikenal istilah “short moments repeated many times“.
Setiap hari, usahakan untuk kembali “istirahat” pada apa saja yang
sedang terjadi di saat ini. Pendek-pendek waktunya tetapi sering
dilakukan. Bila dilakukan lebih lama – apa lagi terlalu lama -
cenderung diperkosa konsep.
- Di samping empat yoga Mahamudra, perjalanan Tantra bisa juga
disederhanakan menjadi dua: Trekcho dan Togal. Dalam Trekcho, semua
dualitas (baik-burk, suci-kotor, sukses-gagal dll) dilampaui. Tatkala
semua dualitas terlampaui, langsung seseorang sampai di puncak gunung
Togal. Tandanya, sejak awal yang tidak berawal (beginningless beginning) sampai akhir yang tidak ada akhirnya (endless ending) semuanya sempurna apa adanya.
No comments:
Post a Comment