Saturday, January 21, 2012

Meditasi: Kesembuhan, Kedamaian, Keheningan

  • Puluhan tahun lalu, ketika seorang guru mengatakan rugi hidup jadi manusia tanpa berlatih meditasi, ada keraguan di dalam sini. Namun, setelah pelan perlahan berlatih meditasi, ternyata saran guru tadi benar. Kesehatan, kedamaian, kebahagiaan, keheningan bahkan kebebasan bisa menjadi buah meditasi.
  • Daniel Goleman dari Harvard agak jauh dalam meneliti hubungan meditasi dengan kesehatan. Titik kuncinya, terletak pada pengaruh langsung meditasi terhadap kekebalan tubuh. Bila kekebalan tubuh membaik, apa lagi sempurna, maka kesehatan bisa dibuat lebih baik.
  • Tulku Thondup dalam The Healing Power of Mind (Shambala 1998) lebih terang lagi. Salah satu tesis kunci buku ini berbunyi: ”Accepting without blaming is the true turning point of healing”.  Berbeda dengan jalan penyembuhan umumnya yang membuang banyak sekali hal, dalam pendekatan ini penerimaan adalah titik balik penyembuhan. Dan meditasi, salah satu buahnya adalah penerimaan akan kehidupan.

  • Yongey Mingyur Rinpoche dalam The Joy of Living (Harmony Books 2006) punya tesis sederhana. Suka cita tidak saja menyembuhkan secara spiritual, juga menyembuhkan secara biologi. Makanya dalam karya ini ditulis konsep The Biology of Compassion.  Kasih sayang tidak saja berwajah spiritual, tetapi juga memberi dampak pada kesehatan biologis. Melalui meditasi, pelan perlahan manusia menjadi penuh kasih sayang.
  • Bernie Siegel dalam Peace, Love and Healing (Rider 1999), salah satu babnya berjudul The Physiology of Love, Joy and Optimism.  Ternyata cinta kasih, suka cita, keyakinan amat membantu upaya penyembuhan tubuh. Sebagaimana dialami banyak praktisi meditasi, cinta kasih, suka cita, keyakinan akan bertumbuh dengan sendirinya sejalan dengan kemajuan meditasi.
  • Soal pengaruh langsung meditasi terhadap kedamaian, kebahagiaan dan keheningan, ia sudah dibuktikan oleh banyak sekali yogi selama ribuan tahun. Bagi mereka yang praktek meditasinya sudah mendalam – lebih-lebih sudah kerap  beristirahat  dalam samadhi (konsentrasi) - bisa melihat secara langsung kalau kesedihan, penderitaan, duka cita hanyalah akibat dari pikiran yang tidak terlatih.
  • Itu sebabnya, salah satu pengertian meditasi yang sederhana sekaligus mendasar adalah: to meditate is to familiarize. Meditasi adalah membiasakan pikiran. Dari pikiran monyet (yang melompat-lompat tidak puas, tidak jelas ke mana-mana) menuju pikiran singa. Makanya salah satu perlambang pencerahan adalah singa karena singa duduk tenang di hutan tidak menakuti apa-apa. Termasuk tidak menakuti kematian.
Membadankan meditasi
  • Pengertiannya memang sederhana, namun membadankannya dibutuhkan waktu, ketekunan dan kesabaran yang cukup. Sebagai langkah awal, ada empat pendekatan membadankan meditasi.
  • 1.    Aspiration, ada niat kuat untuk berlatih meditasi. Berbagai macam cara kehidupan membukakan pintu meditasi. Ada yang sakit tidak tersembuhkan, ada yang stres berkepanjangan, ada yang frustrasi ke sana ke mari mencari dan tidak ketemu, ada juga memang yang tertarik meditasi tanpa perlu menunggu datangnya masalah. Namun apa pun pintu pembukanya, tertarik belajar meditasi, itu sebuah langkah awal yang baik
.
  • 2.    Habituation, niat meditasi ini kemudian dibadankan melalui serangkaian kebiasaan dalam keseharian. Bila belum bisa satu jam setiap hari, mulailah dengan setengah jam sehari. Jika belum bisa menyentuh konsentrasi sekarang, cobalah terus. Bila menemukan keseimbangan naik sepeda saja diperlukan waktu, apa lagi meditasi.
  • 3.    Commitment, tanpa  komitmen  perubahan  mana pun tidak mungkin dilakukan. Teruslah berlatih meditasi. Belum berjumpa guru yang cocok, belum ketemu teknik yang tepat, belum punya waktu dan kesempatan memadai, semua itu bukanlah alasan. Lakukan terus meditasi. Ibarat perjalanan panjang, melangkahlah terus menerus. Kadang memang salah jalan, atau malah tersesat sebentar. Namun pengalaman salah jalan dan tersesat ini akan amat berguna kemudian.
  • 4.    Consystency, ini ibarat menetesi batu dengan air. Bila batu ditetesi air beberapa hari, ia tidak menghasilkan apa-apa. Sebaliknya, batu mana pun akan berlubang bila ditetesi air terus menerus selama bertahun-tahun. Meditasi juga serupa. Ia bukan pekerjaan harian, bukan bulanan, melainkan pekerjaan tahunan yang mesti dilakukan secara konsisten selama bertahun-tahun.
  • Kekuatan penghalang, kekuatan pembuka

  • Seperti memasuki sebuah wilayah baru, meditasi juga penuh halangan. Dari halangan fisik (badan yang lemah dan lelah), kejiwaan (malas, ragu, takut) sampai dengan halangan konsep. Halangan fisik biasanya diselesaikan dengan banyak berolahraga serta menjaga kualitas diet seseorang. Halangan kejiwaan bisa ditembus dengan banyak membaca, berjumpa guru, menimba pengalaman dari orang lain. Dan halangan yang terberat adalah halangan konsep. Dari halangan konsep yang negatif (bertentangan dengan agama, meditasi bisa membuat seseorang jadi gila dll), sampai dengan halangan konsep yang bersifat positif (bahwa meditasi harus begini dan begitu, meditasi harus selalu menenangkan, harus selalu mendamaikan). Padahal (sebagaimana akan diulas di bawah ini secara lebih mendalam), meditasi seperti cuaca di atas sana. Tidak pernah ada cuaca yang selalu mendung, atau selalu terang benderang.
  • Oleh karena itulah, lebih mudah memasuki gerbang meditasi bila seseorang memiliki pikiran yang terbuka (open mindedness). Makanya, salah satu arti meditasi berbunyi: to meditate is to take a rest. Meditasi adalah istirahat sepenuhnya pada apa saja yang terjadi di saat ini. Dan pekerjaan istirahat ini, lebih mudah dilakukan bila seseorang memasuki gerbang meditasi tanpa konsep ini tanpa konsep itu. Tanpa harapan bahwa meditasi harus begini, meditasi harus begitu.
  • Awalnya konsep diperlukan
  • Seperti memulai perjalanan, awalnya kita memerlukan peta dan kompas perjalanan (baca: konsep). Itu sebabnya, mereka yang baru berkenalan dengan meditasi akan diminta duduk bersila dengan punggung yang lurus dengan leher, mata dibuka sedikit, obyek perhatian (konsentrasi) bisa dipusatkan pada nafas atau gerakan perut. Bagi mereka yang banyak diganggu kemarahan dan kebencian diminta merenungkan hakekat kehidupan yang penuh dengan kebaikan dan cinta kasih orang lain. Ia yang hawa nafsu seksnya bergelora diminta merenungkan sifat tubuh manusia yang menjijikkan. Praktisi pemula yang pikirannya susah berkonsentrasi akan dibantu dengan berbagai macam alat bantu.
  • Termasuk dalam pendekatan konsep ini, banyak praktisi meditasi yang menggunakan keadaan pikiran yang terpusat rapi (tanpa bergerak sedikit pun) di sebuah titik sebagai tujuan. Bagusnya pendekatan ini, ia memberi semangat akan arah perjalanan, Bahayanya, ia sudah menimbulkan rasa frustrasi pada praktisi meditasi dalam jumlah yang tidak terhitung.
  • Sebagai saran sederhana, bagi praktisi pemula silahkan gunakan konsep-konsep ini sebagai peta dan kompas perjalanan. Namun sadari sejak awal, peta dan kompas hanya alat bantu, bukan tujuan itu sendiri. Melekat ngotot bahwa meditasi harus begini dan harus begitu (sesuai dengan konsep) membuat seseorang gagal berisitirahat di saat ini. Sebaliknya, meditasi malah menciptakan ketegangan (stress) baru.
  • Di suatu waktu, ketika meditasi sudah mulai menjadi kebiasaan, lebih-lebih menyatu dengan setiap langkah keseharian, di sana diperlukan lompatan untuk keluar dari konsep. Dalam bahasa seorang guru: “Effort is necessary when we are not proficient”. Sebelum meditasi membadan dalam keseharian, manusia memerlukan usaha, upaya, bimbingan dan konsep. Sebaliknya, ketika meditasi sudah menyatu dengan keseharian, melompatlah dari effort (upaya) menjadi effortless (alamiah, spontan, otentik, tanpa konsep).
Bebas dari konsep

  • Menyadari sifat konsep yang menciptakan ketegangan dan belenggu baru inilah, kemudian layak direnungkan memasuki gerbang meditasi tanpa konsep. Ada yang menyebut meditasi sebagai a jorney without goal. Sebuah perjalanan tanpa harapan.
  • Banyak manusia yang dibikin frustasi oleh meditasi karena berharap ngotot dan kaku kalau setelah sekian tahun berlatih meditasi maka pikiran bisa diikat erat hingga berhenti berlari ke sana ke mari. Semakin keras mereka berusaha mengikatnya, semakin frustasi perjalanan meditasi.
  • Padahal bila direnungkan dalam-dalam, hakekat pikiran yang belum tercerahkan memang berlarian. Ia sesederhana samudera yang bergelombang, air yang basah dan api yang panas. Memaksa pikiran belum tercerahkan agar berhenti berlari, sama dengan memaksa samudera agar tidak bergelombang, memaksa air agar tidak basah, memaksa api agar tidak panas. Ia tidak saja tidak alami, juga membuat frustasi.
  • Untuk itulah, penting untuk istirahat di saat ini dengan membiarkan semuanya terbuka apa adanya. Air tentu saja basah, api tentu saja panas. Makanya ada guru meditasi yang bergumam lembut: “Tidak ada yang perlu dirubah dalam meditasi!”.  Satu-satunya hal yang perlu “dirubah” adalah kualitas kesadaran seseorang pada apa saja yang sedang terjadi.
  • Ciri praktisi meditasi yang praktek kesadarannya sudah mendalam, ia tidak lagi sibuk dengan cara  melekat pada hal-hal positif dan menolak hal-hal negatif, merayakan kesenangan serta menendang kejengkelan. Seperti cuaca di atas sana, ada saatnya mendung, ada kalanya terang benderang. Hanya keterbukaan untuk memeluk semua apa adanyalah yang membuat seseorang bisa beristirahat rapi di saat ini.
  • Bila keseharian yang sudah berpelukan rapi dengan saat ini, kemudian berjumpa dengan tabungan kebaikan (accumulation of merit) yang cukup, serta pengalaman menyatu dalam  keheningan (accumulation of wisdom), di sana baru mungkin terbuka kemungkinan lahirnya pikiran singa (lion mind)  yang duduk rapi tidak menakuti apa-apa.
  • Pembebasan yang pertama dan terakhir
  • Sebagai ringkasan sederhana (namun tidak perlu membelenggu),  perjalanan meditasi bisa disarikan ke dalam tiga langkah berikut:
  • 1.    Perjalanan meditasi dimulai dengan belajar untuk sering-sering bersentuhan dengan ketenangan dan keseimbangan (samatha). Ada samatha yang dibantu obyek (nafas, gerakan perut dll), ada juga samatha tanpa obyek. Hanya istirahat pada saat ini apa adanya. Ciri utama samatha, ia menggoda seseorang untuk senang dan nyaman tinggal di sana selama-lamanya. Sebagai langkah penyembuhan awal penyakit fisik, ini membantu membuat kekebalan tubuh mulai membaik. Dari segi bersihnya seseorang akan emosi negatif (kebodohan, keserakahan, kemarahan), samatha memang memotong seluruh cabang dan batang pohon emosi negatif. Tetapi akarnya belum tercabut apa lagi dibakar.  Di titik ini juga, kerap sejumlah praktisi mengalami kemampuan-kemampuan ‘lebih’ seperti bisa membaca fikiran orang, melihat masa depan dan sejenis. Hati-hati untuk tidak berhenti di sini. Berhenti di sini berarti terjebak di tengah jalan. Meninggalkan ketenangan, keseimbangan yang nyaman sungguh tidak mudah. Namun di titik inilah diperlukan keberanian, keteguhan untuk keluar dari kenyamanan samatha.
  • 2.    Bila dalam samatha seseorang masih memiliki sesuatu yang disenangi, dalam Vipashana (pandangan terang) praktisi belajar untuk tidak melekat pada hal-hal menyenangkan, tidak menolak hal-hal menjengkelkan. Lebih sempurna dari ketenangan keseimbangan samatha, di tingkat Vipashana manusia belajar untuk melihat apa saja yang muncul seperti awan yang muncul dan lenyap. Yang menyenangkan awan putih, yang menjengkelkan awan hitam, keduanya muncul lenyap secara tidak kekal. Siapa saja yang sudah membadankan ini dalam-dalam, lama-lama akan seperti langit (sebagai simbol Vipashana). Awan putih tidak membuat langit jadi putih, awan hitam tidak membuat langit jadi hitam. Apa pun yang terjadi langit tetap biru, luas tidak terbatas. Dari segi kebersihan seseorang akan emosi negatif, pada tahapan ini tidak saja batang dan cabang pohon emosi negatif sudah ditebang, seluruh akar pohonnya sudah dicabut dan dibakar. Kadang ada yang tergoda untuk menyebut ini pencerahan. Padahal belum. Secara lebih spesifik, kondisi ini kerap disebut: “It’s purified but not perfected”. Batin memang sudah dimurnikan melalui praktek langit birunya Vipashana. Namun ia belum disempurnakan.
  • 3.    Penyempurnaan batin yang sudah mengalami pandangan terang dilakukan melalui praktek enam kesempurnaan: kesempurnaan memberi, kesempurnaan etika, kesempurnaan kesabaran, kesempurnaan semangat, kesempurnaan konsentrasi, kesempurnaan keheningan (kekosongan). Lima kesempurnaan yang pertama (memberi, etika, kesabaran, semangat dan konsentrasi) ibarat kaki yang melangkah menuju tujuan. Kesempurnaan keenam (keheningan atau kekosongan) serupa mata yang membimbing perjalanan. Makanya ada yang menyebutkan, keheningan yang tidak dipeluk oleh kasih sayang tidak pernah diajarkan sebagai jalan pencerahan. Sebagaimana bahan renungan terdahulu, keheningan baru sempurna bila diisi dengan kasih sayang (sebagai intisari lima kesempurnaan). Kasih sayang baru sempurna jika dilakukan dalam keheningan (baca: tanpa keakuan). Ia yang dua sayap keheningan dan kasih sayangnya sudah sama kuatnya, di waktu kematian akan bernasib serupa anak burung garuda. Begitu telurnya pecah, ia langsung terbang bebas ke alam pencerahan.*)
  • *)  Di Tantra, salah satu pendekatan yang tersedia dalam menerangkan perjalanan meditasi adalah empat yoga Mahamudera. Pertama bernama one-pointedness. Di tahap ini, seseorang bisa istirahat dalam ketenangan-keseimbangan selama ia inginkan. Kedua, simplicity (kesederhanaan). Pada tingkatan ini, praktisi meditasi mulai menjadi sesederhana bayi yang istirahat (berteduh) pada pikiran biasa (ordinary mind). Ketiga, one taste maknanya semua dualitas (baik-buruk, benar-salah, suci-kotor dll) kehilangan cengkeramannya, kemudian membuat semuanya menjadi satu rasa (tidak lagi dua rasa). Meminjam pendapat Lama Zopa Rinpoche: ”Dalam Shunyata (keheningan sempurna) semuanya satu rasa”.  Keempat, setelah disempurnakan one taste, praktisi meditasi kemudian melangkah menuju nonmeditation. Di tahapan ini, semua dualitas tetap (dualistic fixation), kebiasaan, kerangka serta konsep lenyap. Tidak ada lagi yang perlu digali, tidak ada lagi yang perlu dicapai. Seseorang sudah sampai di ujung perjalanan. Apa yang perlu dimurnikan sudah dimurnikan, apa yang butuh disempurnakan sudah disempurnakan. Semuanya menjadi meditasi. Terutama dengan mempertahankan keadaan pikiran yang tidak terganggu (undistracted mind). Makanya dikenal istilah “short moments repeated many times“. Setiap hari, usahakan untuk kembali “istirahat” pada apa saja yang sedang terjadi di saat ini. Pendek-pendek waktunya tetapi sering dilakukan. Bila dilakukan lebih lama – apa lagi terlalu lama - cenderung diperkosa konsep.
  • Di samping empat yoga Mahamudra, perjalanan Tantra bisa juga disederhanakan menjadi dua: Trekcho dan Togal. Dalam Trekcho, semua dualitas (baik-burk, suci-kotor, sukses-gagal dll) dilampaui. Tatkala semua dualitas terlampaui, langsung seseorang sampai di puncak gunung Togal. Tandanya, sejak awal yang tidak berawal (beginningless beginning) sampai akhir yang tidak ada akhirnya (endless ending) semuanya sempurna apa adanya.

No comments: