Banyak orang yang ingin menguasai bahasa kedua, selain bahasa ibu
mereka. Namun, bagi orang-orang seperti Alex Rawlings dan Ray Gillons,
menguasai satu bahasa asing saja ternyata tidak cukup.
Mereka
adalah contoh poliglot atau orang yang mampu berbicara banyak bahasa.
Contohnya saja Rawlings, mahasiswa Oxford University yang menguasai 11
bahasa di usianya yang masih 20 tahun.
Bahasa ibu pemenang kompetisi pelajar multilingual Inggris ini adalah Bahasa Inggris. Dilansir kantor berita BBC
Rabu 22 Februari 2012, dia juga fasih berbahasa Yunani, Jerman,
Spanyol, Rusia, Katalan, Belanda, Afrika, Perancis, Ibrani, dan Italia.
"Saat
masih kecil, saya memang selalu ingin berbicara bahasa asing," kata
Rawlings. "Ayah saya bekerja di Jepang selama empat tahun dan saya
frustasi, karena bahasa menjadi kendala komunikasi saya dengan
anak-anak di negara lain," tambahnya.
Sedari kecil, Rawlings
memang berhadapan dengan lingkungan multilingual. Hal ini tak lepas
dari ibunya yang separuh Yunani dan selalu mengajaknya bicara dalam
bahasa Inggris, Yunani, dan kadang-kadang Perancis.
Lain lagi
cerita Gillons, pria 54 tahun yang mengaku ketertarikannya belajar
bahasa bermula dari ketidaksengajaan. Dari 18 bahasa asing yang
dikuasainya, Gillons fasih berbicara dalam delapan bahasa, sementara 10
lainnya terbatas hanya pada bahasa percakapan.
Gillons mampu
berbincang dalam bahasa Portugis, Thai, Turki, Rusia, Polandia,
Belanda, Denmark, Norwegia, Bulgaria, dan Mandarin. Dia lebih fasih
berbicara dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Latin, Italia,
Spanyol, dan Swedia.
Kebanyakan dari bahasa ini dipelajari pria
ini di luar pendidikan formal. Setiap hari, Gillons menggunakan belasan
bahasa yang dikuasainya karena pekerjaannya adalah mengalihbahasakan
film-film Hollywood ke dalam bahasa asing.
"Saya memiliki
perpustakaan buku bahasa yang sangat besar. Selain itu, saya selalu
memperbarui pengetahuan saya secara berkala dengan memperbaiki tata
bahasa, membaca koran, serta menonton televisi kabel," kata Gillons.
Menurut
pakar bahasa Michael Erard, Gillons adalah tipe orang yang mempelajari
bahasa untuk kesenangan. Erard sendiri banyak menemui orang yang mampu
berbicara 11 bahasa, namun yang menguasai bahasa lebih dari itu seperti
Gillons sangat jarang.
Erard sendiri mengaku tidak mengetahui
secara pasti apa yang membuat para poliglot dan hiperpoliglot tampak
sedemikian mudah mempelajari bahasa baru. Namun, terlepas dari faktor
biologis, dia meyakini pasti ada perbedaan.
"Poliglot memiliki
susunan neurologis yang merespon dunia, dihidupkan dunia, dan sesuai
dengan pola yang menitikberatkan pada pengenalan, suara, dan memori
yang terstruktur dan sangat luwes," tutur Erard.
"Poliglot juga
memiliki kemampuan beralih bahasa dengan sangat mudah. Kemampuan ini
tentu saja berkaitan dengan kemampuan kognitif, yang seringkali
merupakan kemampuan yang diwariskan," tambahnya.
Seringkali,
orang-orang yang memiliki "bakat" mempelajari bahasa juga dihadapkan
pada dua pilihan dalam belajar bahasa: fasih dalam sedikit bahasa atau
memfokuskan penguasaan bahasa hanya dalam satu aspek saja, semisal oral.
Sementara
itu, di seluruh dunia, diperkirakan ada 7.000 bahasa. Sebanyak 2.200 di
antaranya dapat ditemukan di Asia, sedangkan Eropa memiliki 260 bahasa.
Menurut UNESCO, bahasa yang paling banyak digunakan di dunia
berturut-turut adalah Mandarin, Inggris, Spanyol, Hindi, Arab, Bengali,
Rusia, Portugis, Jepang, Jerman, dan Perancis.
~VIVAnews
No comments:
Post a Comment