Pada 21 tahun yang lalu, sedikitnya 19 orang tewas dan 73 lainnya
terluka saat sebuah bom mobil meledak di ibukota Sri Lanka, Kolombo.
Menurut laman stasiun televisi berita BBC, serangan bom itu
membunuh Wakil Menteri Pertahanan Sri Lanka, Letnan Kolonel Ranjan
Wijeratne. Saat kejadian, Wijaratne beserta lima orang pengawalnya
tengah melintas di dekat lokasi pengeboman dan turut tewas bersama 13
korban lainnya.
Sejak menjabat sebagai orang nomor dua di
Kementerian Pertahanan Sri Lanka, Wijeratne mengambil sikap tegas dan
tanpa kompromi terhadap pemberontak Macan Tamil (LTTE). Berkali-kali ia
menolak upaya damai dan lebih memilih aksi militer untuk menyelesaikan
konflik dengan suku Tamil, yang telah berlangsung selama 14 tahun.
Kematian
Wijeratne memicu kekerasan lebih lanjut antara pemerintah Sri Lanka
dengan pemberontak Tamil. Selang sebulan kemudian, seorang pengebom
bunuh diri membunuh mantan perdana menteri India, Rajiv Gandhi.
Gandhi
dianggap memusuhi kaum Tamil karena mengirim pasukan penjaga perdamaian
ke Sri Lanka pada tahun 1987. Selanjutnya, pada bulan Mei 1992, giliran
Presiden Sri Lanka, Ranasinghe Premadasa, yang tewas dalam serangan bom
mobil.
Warga minoritas Tamil di bawah pimpinan LTTE telah
memberontak terhadap pemerintah Sri Lanka yang didominasi etnis
Singhala sejak tahun 1983. Hingga tahun 2002, perang saudara yang
terjadi di bekas koloni Inggris tersebut telah memakan korban jiwa
tidak kurang dari 65.000 orang. ~VIVAnews
No comments:
Post a Comment