Pertemuan para pimpinan partai politik yang tergabung dalam
"koalisi" Pemerintah, tentu saja akan selalu menarik untuk diikuti.
Pasal nya, bukan saja pertemuan itu digelar di Cikeas, namun bersamaan
dengan itu, Pemerintah juga sedang bersiap-siap untuk menaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dalam beberapa hari belakangan ini banyak
digelar aksi unjuk rasa para mahasiswa menolak kebijakan tersebut.
Pertemuan Cikeas diharapkan mampu memperkokoh kekuatan sekaligus
dalam memperkuat barisan diantara sesama partai koalisi pendukung
Pemerintah. Lebih jauh dari itu, secara politik pertemuan Cikeas pun
dapat saja dinilai sebagai "lobi" tingkat tinggi antara Pemerintah
dengan petinggi partai politik menjelang usulan Pemerintah menaikan
harga BBM ini di bahas di DPR guna memperoleh dukungan nya. Kalau saja
partai koalisi solid dan bersepakat untuk "mengamankan" kebijakan
Pemerintah, maka dijamin halal 100 %, per 1 April 2012 nanti, harga BBM
di dalam negeri bakalan naik.
Boleh jadi, pertemuan
partai koalisi pendukung Pemerintah di Cikeas pun membahas persoalan
mengapa para mahasiswa di seluruh penjuru tanah air terekam begitu
getol menggelar aksi unjuk rasa ? Benarkah kebijakan menaikan harga BBM
harus ditebus dengan mahal oleh warga masyarakat ? Hal ini mesti nya
sudah kita pahami. Sebab, sebelum harga BBM dinaikan, ternyata
harga-harga kebutuhan bahan pokok lain nya tampak sudah merangkak naik.
Apalagi beberapa waktu sebelum nya, Pemerintah telah mengumumkan soal
naik nya gaji para pegawai negeri.
Sebagai bangsa yang
sensitif, sekali nya terdapat kebijakan Pemerintah yang berurusan
dengan "kenaikan", baik gaji atau pun BBM, maka senantiasa akan diikuti
oleh kenaikan harga dan biaya-biaya kehidupan lain nya, termasuk ongkos
transportasi itu sendiri. Pengalaman malah mempertontonkan kepada kita,
setiap BBM dinaikan, maka akan memberi "efek domino" yang cukup kuat,
khusus nya dalam mendongkrak harga-harga kebutuhan pokok, biaya
transportasi dan ongkos-ongkos lain nya.
Dihadapkan
pada fenomena yang demikian, mesti nya Pemerintah juga merancang
strategi untuk memperkuat sekaligus meningkatkan daya beli masyarakat
secara sistemik dan tidak memberikan program Bantuan Langsung Tunas
Sementara (BLTS). Sayang, walau pun program semacam BLT dinilai banyak
pihak kurang mendidik dan sangat tidak mungkin mampu meningkatkan daya
beli rakyat, namun dari sisi politik dan pencitraan Pemerintah, rupa
nya program semacam inilah yang lebih disukai oleh rakyat.
Seorang sahabat malah menegaskan bahwa dalam iklim hedonisme,
masyarakat akan memilih yang sifat nya instan ketimbang yang memerlukan
proses dan ikhtiar. Dalam bahasa lain nya, masyarakat akan memilih
diberi ikan ketibang diberi kail. Menyikapi kondisi psikologis rakyat
yang demikian, sebetul nya dari sisi jangka pendek, kebijakan menaikan
BBM sekaligus kompensasi untuk masyarakat miskin diterapkan kebijakan
BLT, adalah langkah yang cukup tepat, sekali pun dalam jangka panjang
akan menimbulkan persoalan lain yang lebih rumit.
Oleh karena itu, sangat bijak jika mulai sekarang Pemerintah dapat
lebih serius dalam melakukan pencarian pilihan kebijakan yang lebih
"berkualitas" ketimbang ikut menaikan harga BBM di dalam negeri ketiga
harga minyak di pasaran duni naik dengan angka yang cukup signifikan.
Lebih parah jika kebijakan seperti ini malah dilestarikan, sebagai
akibat dari malas nya para pengambil kebijakan di negeri ini guna
mencari terobosan yang lebih cerdas. Pemerintah rasa nya masih senang
melahirkan kebijakan yang berbasis politik ketimbang yang benar-benar
berbasis kepada aspirasi rakyat nya sendiri. ~SUARA RAKYAT
No comments:
Post a Comment