Wednesday, March 21, 2012

Kekuatan Aksi Demo ?

Situasi nya memang sulit untuk berharmoni, jika kita bicara soal kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Di satu sisi Pemerintah tetap bersikukuh untuk menaikan harga BBM sebagai resiko dari kenaikan harga minyak di pasaran dunia, namun di sisi yang lain, khusus nya para mahasiswa di berbagai pelosok tanah air, terlihat ngotot pula melakukan aksi demo guna menolak kenaikan harga BBM tersebut.

   Inilah sesungguh nya wajah lain dari negeri tercinta. Pemerintah seringkali lebih memilih pola "pemadam kebakaran" ketimbang menggunakan pendekatan "deteksi dini". Salah satu pertanyaan para mahasiswa adalah apakah tidak ada pilihan kebijakan lain yang dapat ditempuh Pemerintah, selain menaikan harga BBM ? Lalu, apakah pilihan kebijakan kompensasi dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai Sementara kepada masyarakat miskin akan mampu mempercepat lkemandirian para "korban pembangunan" ini ?

   Bukankah sudah sering kita mendengar pepatah yang menyatakan : lebih baik diberi kail ketimbang ikan nya ? Bahkan tidak sedikit pula kalangan yang berpandangan bahwa Pemerintah sekarang terkesan ingin mudah nya saja dari pada melahirkan kebijakan yang menjelimet dan menyita banyak pikiran. Padahal kalau saja opsi-opsi yang ada ditekuni dengan serius, maka siapa tahu hasil nya akan lebih dapat diterima oleh masyarakat, ketimbang hanya sekedar menaikan harga BBM di dalam negeri, yang jelas-jelas dipersepsikan sebagai kebijakan Pemerintah yang benar-benar sangat tidak populer.

   Tawaran partai oposisi PDIP mesti nya mampu dijadikan salah satu acuan dalam perumusan kebijakan Pemerintah. Diusulkan, dari pada menerapkan kebijakan BLT, apakah tidak lebih baik dicarikan formula yang lebih mampu "memberdayakan" masyarakat miskin, seperti program pengembangan padat karya di desa-desa ? Kegiatan seperti ini, tentu bukan hanya sekedar membangun kemandirian masyarakat dan menciptakan lapangan kerja baru bagi rakyat, namun dalam jangka panjang pun kegiatan-kegiatan yang digarap bersama rakyat secara produktif dan inovatif, merupakan wujud nyata Pemerintah guna memartabatkan masyarakat ke suasana yang sesungguh nya.

   Demo yang digelar mahasiswa di berbagai kota, kelihatan nya perlu dijadikan "warning" bagi Pemerintah. Isu yang diangkat, mesti nya jangan dilihat dari jumlah mahasiswa yang berunjuk rasa, namun yang lebih  penting untuk dicermati adalah pernyataan-pernyataan apa yang disampaikan oleh para mahasiswa tersebut. Arti nya, tentu akan sangat naif sekali jika yang diberitakan di media hanyalah soal "pertikaian" antara mahasiswa dan aparat Kepolisian. Padahal, dibalik itu masih banyak hal-hal yang sifat nya esensial dan menarik untuk dijadikan bahan perenungan kita bersama.

  Apa pun bentuk dan cara yang ditempuh nya, yang nama nya demo atau aksi unjuk rasa, mesti nya memiliki sebuah kekuatan. Apalagi jika yang menggelar demo tersebut adalah para mahasiswa. Kekuatan demo para mahasiswa, umum nya terlihat dari "moral force" yang disampaikan nya. Para mahasiswa tentu tidak bakal turun ke jalan, sekira nya tidak ada sesuatu yang menjadi pemicu nya. Dalam kaitan nya dengan kenaikan harga BBM, para mahasiswa menyadari betul bahwa jika BBM dinaikan, maka yang akan menjadi korban adalah rakyat kebanyakan. Oleh karena itu, sekali pun Pemerintah menyiapkan kompensasi dengan memperkokoh jaring pengaman sosial melalui BLT, bukan berarti masalah nya akan tertuntaskan. Justru dalam konteks kekinian, menaikan harga BBM adalah sebuah kebijakan yang benar-benar tidak pro rakyat. Mahasiswa memahami betul bagaimana kondisi kehidupan masyarakat yang tengah tercipta. ~SUARA RAKYAT

No comments: