Situasi nya memang sulit untuk berharmoni, jika kita bicara soal
kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Di satu sisi Pemerintah tetap
bersikukuh untuk menaikan harga BBM sebagai resiko dari kenaikan harga
minyak di pasaran dunia, namun di sisi yang lain, khusus nya para
mahasiswa di berbagai pelosok tanah air, terlihat ngotot pula melakukan
aksi demo guna menolak kenaikan harga BBM tersebut.
Inilah sesungguh nya wajah lain dari negeri tercinta. Pemerintah
seringkali lebih memilih pola "pemadam kebakaran" ketimbang menggunakan
pendekatan "deteksi dini". Salah satu pertanyaan para mahasiswa adalah
apakah tidak ada pilihan kebijakan lain yang dapat ditempuh Pemerintah,
selain menaikan harga BBM ? Lalu, apakah pilihan kebijakan kompensasi
dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai Sementara kepada masyarakat
miskin akan mampu mempercepat lkemandirian para "korban pembangunan"
ini ?
Bukankah sudah sering kita mendengar pepatah
yang menyatakan : lebih baik diberi kail ketimbang ikan nya ? Bahkan
tidak sedikit pula kalangan yang berpandangan bahwa Pemerintah sekarang
terkesan ingin mudah nya saja dari pada melahirkan kebijakan yang
menjelimet dan menyita banyak pikiran. Padahal kalau saja opsi-opsi
yang ada ditekuni dengan serius, maka siapa tahu hasil nya akan lebih
dapat diterima oleh masyarakat, ketimbang hanya sekedar menaikan harga
BBM di dalam negeri, yang jelas-jelas dipersepsikan sebagai kebijakan
Pemerintah yang benar-benar sangat tidak populer.
Tawaran partai oposisi PDIP mesti nya mampu dijadikan salah satu acuan
dalam perumusan kebijakan Pemerintah. Diusulkan, dari pada menerapkan
kebijakan BLT, apakah tidak lebih baik dicarikan formula yang lebih
mampu "memberdayakan" masyarakat miskin, seperti program pengembangan
padat karya di desa-desa ? Kegiatan seperti ini, tentu bukan hanya
sekedar membangun kemandirian masyarakat dan menciptakan lapangan kerja
baru bagi rakyat, namun dalam jangka panjang pun kegiatan-kegiatan yang
digarap bersama rakyat secara produktif dan inovatif, merupakan wujud
nyata Pemerintah guna memartabatkan masyarakat ke suasana yang
sesungguh nya.
Demo yang digelar mahasiswa di berbagai
kota, kelihatan nya perlu dijadikan "warning" bagi Pemerintah. Isu yang
diangkat, mesti nya jangan dilihat dari jumlah mahasiswa yang berunjuk
rasa, namun yang lebih penting untuk dicermati adalah
pernyataan-pernyataan apa yang disampaikan oleh para mahasiswa
tersebut. Arti nya, tentu akan sangat naif sekali jika yang diberitakan
di media hanyalah soal "pertikaian" antara mahasiswa dan aparat
Kepolisian. Padahal, dibalik itu masih banyak hal-hal yang sifat nya
esensial dan menarik untuk dijadikan bahan perenungan kita bersama.
Apa pun bentuk dan cara yang ditempuh nya, yang nama nya demo atau aksi
unjuk rasa, mesti nya memiliki sebuah kekuatan. Apalagi jika yang
menggelar demo tersebut adalah para mahasiswa. Kekuatan demo para
mahasiswa, umum nya terlihat dari "moral force" yang disampaikan nya.
Para mahasiswa tentu tidak bakal turun ke jalan, sekira nya tidak ada
sesuatu yang menjadi pemicu nya. Dalam kaitan nya dengan kenaikan harga
BBM, para mahasiswa menyadari betul bahwa jika BBM dinaikan, maka yang
akan menjadi korban adalah rakyat kebanyakan. Oleh karena itu, sekali
pun Pemerintah menyiapkan kompensasi dengan memperkokoh jaring pengaman
sosial melalui BLT, bukan berarti masalah nya akan tertuntaskan. Justru
dalam konteks kekinian, menaikan harga BBM adalah sebuah kebijakan yang
benar-benar tidak pro rakyat. Mahasiswa memahami betul bagaimana
kondisi kehidupan masyarakat yang tengah tercipta. ~SUARA RAKYAT
No comments:
Post a Comment