Saturday, March 3, 2012

Makin Sukses, Makin Suka Bohong & Curang

Makin tinggi status ekonomi seseorang, makin tinggi sifat antisosial dan perilaku tak etis yang dimiliki. Studi terbaru menemukan kalangan masyarakat menengah atas paling mungkin berbohong, menipu dan bahkan melanggar hukum daripada mereka yang berlatar belakang kurang beruntung.

Sebaliknya, anggota masyarakat dari kalangan bawah lebih mungkin menampilkan atribut sebagai manusia yang baik.

Psikolog di University of California di Berkeley, yang melakukan penelitian menyatakan bahwa temuan ini dapat membantu menjelaskan asal-usul krisis dalam masyarakat dan ekonomi.

Selama studi yang dipimpin Dr Paul Piff, tim meminta beberapa kelompok orang dari latar belakang sosial berbeda untuk melakukan serangkaian tugas yang dirancang khusus mengidentifikasi ciri-ciri kejujuran dan orang lain.


Setiap orang ditanyakan mengenai kekayaan, sekolah, latar belakang sosial, keyakinan agama dan sikap terhadap uang dan menempatkannya dalam berbagai tingkatan. Peserta juga diminta berpura-pura sebagai pengusaha yang mewawancarai untuk menilai apakah mereka berbohong dan curang dalam negosiasi gaji.
Ada pula game online yang meminta agar peserta melaporka skor sendiri untuk memperoleh sejumlah uang tunai. Dan tak ada pemeriksa untuk mengecek kebenarannya.

Selain itu, peneliti juga mengamati para pengendara mobil di jalan San Fransisco. Pengendara taksi dinilai berdasarkan apa yang mereka kendarai dan berapa usia mereka. Para pengemudi yang berasal dari kalangan atas ternyata lebih sering memotong pengemudi lain dan kecil kemungkinannya berhenti untuk para pejalan kaki.

Studi yang terbit dalam jurnal Proceeding National Academy of Sciences, menyimpulkan bahwa mereka dari latar belakang yang lebih kaya atau berkuasa lebih culas, rakus, dan lebih mungkin berbohong dalam bernegosiasi. Mereka juga lebih mungkin untuk menipu orang lain.

"Kelas sosial yang lebih tinggi baik karena kelahiran maupun pencapaian memiliki hubungan sebab akibat dengan keputusan etis dan perilaku," ungkap Dr Piff seperti dikutip Independent.

Mereka yang berasal dari kalangan atas juga lebih egois ketimbang mereka yang berasal dari kelas sosial lebih rendah. Kalangan sosial tinggi juga tidak peka dan sulit mengidentifikasi emosi orang lain. "Di satu sisi, individu kelas bawah hidup dengan lebih sedikit sumber daya, ancaman lebih besar dan lebih banyak ketidakpastian."

"Tapi, kalangan atas lebih mungkin bersikap tidak etis karena pemilikan sumber daya yang lebih besar, kebebasan, dan kemandirian daripada mereka yang tidak memiliki sumber daya," ucapnya.
Menurut Piff, alasan ini pula yang bisa dijadikan alasan penyebab keruntuhan ekonomi karena adanya tindakan tidak etis para penguasa yang berkutat di dalamnya.
~VIVAnews

No comments: