Proteinuria
adalah adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai
normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari
140 mg/m2.Dalam keadaan normal, protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional.
Sejumlah
protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala,
ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya
penyakit ginjal yang serius.Walaupun penyakit ginjal yang penting
jarang tanpa adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria biasanya
bersifat sementara, tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang
tidak progresif.Lagipula protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang
bervariasi sedikit dan secara langsung bertanggung jawab untuk
metabolisme yang serius.adanya protein di dalam urin sangatlah penting,
dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya
penyebab/penyakit dasarnya.Adapun proteinuria yang ditemukan saat
pemeriksaan penyaring rutin pada orang sehat sekitar 3,5%.Jadi
proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi kelainan ginjal.
Biasanya
proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas
200mg/hari.pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.Ada
yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap
selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit diatas
nilai normal.Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin
melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin.
Dalam
keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar
atau beberapa gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari,
hanya sedikit yang muncul didalam urin.Ini disebabkan 2 faktor utama
yang berperan yaitu:
1.Filtrasi glomerulus
2.Reabsorbsi protein tubulus
2.1. Patofisiologi Proteinuria
Proteinuria dapat meningkatkan melalui salah satu cara dari ke-4 jalan yaitu:
1.Perubahan permeabilitas glumerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari protein plasma normal terutama abumin.
2.Kegagalan tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasi.
3.Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal,Low Molecular Weight Protein (LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
4.Sekresi yang meningkat dari mekuloprotein uroepitel dan sekresi IgA dalam respon untuk inflamasi.
Derajat
proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung mekanisme jejas
pada ginjal yang berakibat hilangnya protein.Sejumlah besar protein
secara normal melewati kapiler glomerulus tetapi tidak memasuki
urin.Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah transportasi
albumin, globulin dan protein dengan berat molekul besar lainnya untuk
menembus dinding glomerulus.Jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran
protein plasma ke dalam urin (proteinuria glomerulus).Protein yang
lebih kecil (<20 kDal) secara bebas disaring tetapi di absorbsi
kembali oleh tubulus proksimal.Pada individu normal ekskresi kurang
dari 150 mg/hari dari protein total dan albumin hanya sekitar 30
mg/hari sisa protein pada urin akan diekskresi oleh tubulus atau
sejumlah kecil β-2 mikroglobulin, apoprotein, enzim dan hormon peptida.
Dalam
keadaan normal glomerulus endotel membentuk barier yang menghalangi sel
maupun partikel lain menembus dindingnya.Membran basalis glomerulus
menangkap protein besar (>100 kDal) sementara foot processes dari
epitel/podosit akan memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil
untuk transpor melalui saluran yang sempit.Saluran ini ditutupi oleh
anion glikoprotein yang kaya akan glutamat,aspartat, dan asam silat
yang bermuatan negatif pada pH fisiologis.Muatan negatif akan
menghalangi transpor molekul anion seperti albumin.
Mekanisme
lain dari timbulnya proteinuria ketika produksi berlebihan dari
proteinuria abnormal yang melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.Ini
biasanya sering dijumpai pada diskrasia sel plasma (mieloma multipel
dan limfoma) yang dihubungkan dengan produksi monoklonal imunoglobulin
rantai pendek.Rantai pendek ini dihasilkan dari kelainan yang disaring
oleh glomerulus dan di reabsorbsi kapasitasnya pada tubulus
proksimal.Bila ekskersi protein urin total melebihi 3,5 gram sehari,
sering dihubungkan dengan hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema
(sindrom nefrotik).
2.2. Proteinuria Fisiologis
Proteinuria
sebenarnya tidaklah selalu menunjukkan kelainan/penyakit
ginjal.Beberapa keadaan fisiologis pada individu sehat dapat
menyebabkan proteinuria.Pada keadaan fisiologis sering ditemukan
proteinuria ringan yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan bersifat
sementara.Misalnya, pada keadaaan demam tinggi, gagal jantung, latihan
fisik yang kuat terutama lari maraton dapat mencapai lebih dari 1
gram/hari, pasien hematuria yang ditemukan proteinuria masif, yang
sebabnya bukan karena kebocoran protein dari glomerulus tetapi karena
banyaknya protein dari eritrosit yang pecah dalam urin akibat hematuri
tersebut (positif palsu proteinuria masif).
2.3. Proteinuria Patologis
Sebaliknya,
tidak semua penyakit ginjal menunjukkan proteinuria, misalnya pada
penyakit ginjal polikistik, penyakit ginjla obstruksi, penyakit ginjal
akibat obat-obatan analgestik dan kelainan kongenital kista, sering
tidak ditemukan proteinuria.Walaupun demikian proteinuria adalah
manifestasi besar penyakit ginjal dan merupakan indikator perburukan
fungsi ginjal.Baik pada penyakit ginjal diabetes maupun pada penyakit
ginjal non diabetes.
Kita
mengenal 3 macam proteinuria yang patologis: Proteinuria yang berat,
sering kali disebut masif, terutama pada keadaan nefrotik, yaitu
protein didalam urin yang mengnadung lebih dari 3 gram/24 jam pada
dewasa atau 40 mg/m2/jam pada anak-anak, biasanya
berhubungan secara bermakna dengan lesi/kebocoran glomerulus.Sering
pula dikatakan bila protein di dalam urin melebihi 3,5 gram/24 jam.
Penyebab
proteinuria masif sangat banyak, yang pasti keadaan diabetes melitus
yang cukup lama dengan retinopati dan penyakit glomerulus.Terdapat 3
jenis proteinuria patologis:
1.Proteinuria glomerulus, misalnya: mikroalbuminuria, proteinuria klinis.
2.Proteinuria tubular
3.Overflow proteinuria
2.3.1. Proteinuria Glomerulus
Bentuk
proteinuria ini tampak pada hampir semua penyakit ginjal dimana albumin
adalah jenis protein yang paling dominan pada urin sedangkan sisanya
protein dengan berat molekul rendah ditemukan hanya sejumlah kecil saja.
Dua
faktor utama yang menyebabkan filtrasi glomerulus protein plasma
meningkat: 1). Ketika barier filtrasi diubah oleh penyakit yang
dipengaruhi glomerulus, protein plasma, terutama albumin, mengalami
kebocoran pada filtrat glomerulus pada sejumlah kapasitas tubulus yang
berlebihan yang menyebabkan proteinuria. Pada penyakit glomerulus
dikenal penyakit perubahan minimal, albuminuria disebabkan kegagalan
selularitas yang berubah. 2). Faktor-faktor hemodinamik menyebabkan
proteinuria glomerulus oleh tekanan difus yang meningkat tanpa
perubahan apapun pada permeabilitas intrinsik dinding kapiler
glomerulus.
Proteinuria
ini terjadi akibat kebocoran glomerulus yang behubungan dengan kenaikan
permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein.
1. Mikroalbuminuria
Pada
keadaan normal albumin urin tidak melebihi 30mg/hari. Bila albumin di
urin 30-300mg/hari atau 30-350 mg/hari disebut mikroalbuminuria.
Mikroalbuminuria merupakan marker untuk proteinuria klinis yang
disertai dengan penurunan faal ginjal LFG (laju filtrasi glomerulus)
dan penyakit kardiovaskular sistemik. Pada pasien diabetes mellitus
tipe I dan II, kontrol ketat gula darah, tekanan darah dan
mikroalbuminuria sangat penting.
Hipotesis
mengapa mikroalbuminuria dihubungkan dengan risiko penyakit
kardiovaskular adalah karena disfungsi endotel yang luas. Beberapa
penelitian telah membuktikan adanya hubungan peranan kegagalan sintesis
nitrit oksid pada sel endotel yang berhubungan antara mikroalbuminuria
dengan risiko penyakit kardiovaskular.
2. Proteinuria Klinis
Pemeriksaan
ditentukan dengan pemeriksaan semi kuantitatif misalnya dengan uji
Esbach dan Biuret. Proteinuria klinis dapat ditemukan antara 1-5 g/hari.
2.3.2. Proteinuria Tubular
Jenis
proteinuria ini mempunyai berat molekul yang rendah antara 100-150
mg/hari, terdiri atas β-2 mikroglobulin dengan berat molekul 14000
dalton. Penyakit yang biasanya menimbulkan proteinuria tubular adalah: renal tubular acidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom Faankoni, pielonefritis kronik dan akibat cangkok ginjal.
2.3.3. Overflow Proteinuria
Diskrasia
sel plasma (pada mieloma multipel) berhubungan dengan sejumlah besar
ekskresi rantai pendek/protein berat molekul rendah (kurang dari 4000
dalton) berupa Light Chain Imunoglobulin, yang tidak
dapat di deteksi dengan pemeriksaan dipstik/ yang umumnya mendeteksi
albumin/ pemeriksaan rutin biasa , tetapi harus pemeriksaan khusus.
Protein jenis ini disebut protein Bence Jonespenyakit lain yang dapat menimbulkan protein Bence Jones adalah amiloidosis dan makroglobulinemia.
2.3.4. Proteinuria Isolasi
Adalah
sejumlah protein yang ditemukan dalam urin tanpa gejala pada pasien
sehat yang tidak mengalami gangguan fungsi ginjal atau penyakit
sistemik.proteinuria ini hampir ditemukan secara kebetulan dapat
menetap/persisten, dapat pula hanya sementara, yang mungkin saja timbul
karena posisi lordotik tubuh pasien. Proteinuria terisolasi dibagi
dalam 2 kategori: 1) jinak dan 2) yang lebih serius lagi adalah yang
mungkin tidak ortostatik dan timbul secara persisten.
2.3.4.1. Proteinuria Isolasi Jinak
1. Proteinuria fungsional
Ini
adalah bentuk umum proteinuria yang sering terlihat pada pasien yang
dirawat di rumah sakit karena berbagai penyakit. Proteinuria tersebut
adalah jenis glomerulus yang diyakini disebabkan oleh perubahan
hemodinamik ginjal yang meningkatkan filtrasi glomerulus protein plasma.
2. Proteinuria transien idiopatik
Merupakan
kategori proteinuria yang umum pada anak-anak dan dewasa muda, yang
ditandai dengan proteinuria yang timbul selama pemeriksaan urin rutin
orang sehat tetapi hilang kembali setelah pemeriksaan urin dilakukan
kembali.
3. Proteinuria intermitten
Terdapat
pada lebih dari separuh contoh urin pasien yang tidak mempunyai bukti
penyebab proteinuria. Prognosis pada kebanyakan pasien adalah baik dan
proteinuria kadang-kadang menghilang setelah beberapa tahun.
4. Proteinuria ortostatik (postural)
Pada
semua pasien dengan ekskresi protein massif, proteinuria meningkat pada
posisi tegak dibandingkan posisi berbaring. Perubahan ortostatik pada
ekskresi protein tampaknya tidak mempunyai kepentingan diagnosis dan
prognosis. Proteinuria sering terjadi pada usia dewasa muda, jarang
terdapat pada usia di atas 30 tahun.
Patofosiologi
proteinuria ortostatik tidaklah diketahui. Walaupun biasanya prognosis
proteinuria ortostatik baik, persisten (non-ortostatik) proteinuria
berkembang pada segelintir orang.
2.3.4.2. Proteinuria Terisolasi yang Persisten/Menetap
Anamnesis secara lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti untuk mencari penyakit ginjal/sistemik yang menjadi penyebabnya.
2.4. Cara Mengukur Protein di Dalam Urin
Metode yang dipakai untuk mengukur proteinuria saat ini sangat bervariasi dan bermakna.Metode dipstik mendeteksi sebagian besar albumin
dan memberikan hasil positif palsu bila pH >7,0 dan bila urin sangat
pekat atau terkontaminasi darah.Urin yang sangat encer menutupi
proteinuria pada pemeriksaan dipstik.Jika proteinuria yang tidak
mengndung albumin dalam jumlah cukup banyak akan menjadi negatif
palsu.Ini terutama sangat penting untuk menentukan protein Bence Jones pada
urin pasien dengan multipelk mieloma.Tes untuk mengukur konsentrasi
urin total secara benar seperti pada presipitasi dengan asam
sulfosalisilat atau asam triklorasetat.Sekarang ini, dipstik yang
sangat sensitif tersedia di pasaran dengan kemampuan mengukur
mikroalbuminuria (30-300 mg/hari) dan merupakan petanda awal dari
penyakit glomerulus yang terlihat untuk memprediksi jejas glomerulus
pada nefropati diabetik dini.
Derajat
proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung dari mekanisme
jejas pada ginjal yang berakibat hilangnya protein.Sejumlah besar
protein secara normal melewati kapiler glomerulus, tetapi tidak
memasuki urin.Muatan dan selektifitas dinding glomerulus mencegah
transportasi albumin, globulin, dan protein dengan berat molekul besar
lainnya untuk menembus dinding glomerulus.Akan tetapi, jika sawar ini
rusak, terdapat kebocoran protein plsama ke dalam urin (proteinuria
glomerulus).Protein yang lebih kecil (<20kDal) secara bebas disaring
tetapi diabsorbsi kembali oleh tubulus proksimal.Pada individu normal
ekskresi kurang dari 150 mg/hari dari protein total dan albumin hanya
sekitar 30 mg/hari, sisanya protein pada urin akan disekresi oleh
tubulus atau adanya sejumlah kecil β-2 mikroglobulin, apoprotein,
enzim-enzim dan hormon-hormon peptida.
By. Abdul Halim Harahap S.Ked
No comments:
Post a Comment