Jepang Minta Diplomatnya Tak Naik Korean Air
Pemboikotan selama sebulan itu akan berlaku mulai 18 Juli 2011
Kamis, 14 Juli 2011, 16:18 WIB
Renne R.A Kawilarang, Indrani Putri Menurut harian Sin Chew Jit Poh, 14 Juli 2011, imbauan itu muncul setelah pesawat Airbus A380 milik Korean Air melintas di atas pulau Dokdo pada 16 Juni lalu. Penerbangan yang membuat geger dua negara ini mengangkut para pebisnis dan pemburu berita asal Negeri Ginseng itu.
Menteri Luar Negeri Jepang, Takeaki Matsumoto, lantas menginstruksikan para bawahannya untuk memboikot Korean Air selama sebulan. Ini akan berlaku pada Senin, 18 Juli 2011.
"Baru pertama kalinya ada himbauan seperti ini," kata seorang bawahan Menlu Jepang, yang menolak menyebutkan namanya. Kedubes Jepang di Seoul juga mengunjungi kantor Korean Air untuk memprotes masalah penerbangan itu.
Korsel Kecewa
Terkait boikot dari Negeri Sakura, Korsel merasa kecewa dan menyesalkan imbauan itu. Juru bicara Kemenlu Korsel, Cho Byung Jae, mengatakan, "Keputusan Jepang untuk memberikan sanksi semacam ini terhadap perusahaan milik swasta sangat sulit dimengerti."
Cho juga menambahkan bahwa pemerintah Korea Selatan akan mengambil langkah tegas untuk menyikapi perlakuan Negeri Matahari Terbit, namun tidak merinci langkah seperti apa yang akan diambil.
"Yang jelas, kami menyampaikan penyesalan dan kekecewaan kami yang mendalam terhadap Jepang, dan kami harap mereka akan segera menarik himbauan tersebut," kata Cho, sebagaimana dilansir dari kantor berita Yonhap.
Sementara itu, seorang staf Kemenlu Korea Selatan, yang menolak menyebutkan namanya, mengatakan "Kami tidak menerima protes dalam bentuk apapun dari pihak Jepang terkait maskapai dari negara kami yang melintas di atas wilayah kami sendiri."
Jepang dan Korsel sejak lama mempersengketakan kepemilikan pulau Dokdo, yang terletak di Laut Timur. Korea Selatan, yang pernah dijajah Jepang selama 35 tahun, hingga saat ini masih menuntut kedaulatan atas Dokdo dan pulau-pulau lain di Semenanjung Korea.
Perseteruan semakin meruncing tatkala Jepang menyebut pulau yang diklaim Korea itu sebagai milik mereka dalam buku-buku sejarah nasional.
• VIVAnews
No comments:
Post a Comment