- Dalam banyak hal, Barat menyimpan banyak tanda-tanda ke mana
peradaban akan bergerak. Demokrasi, kapitalisme, feminisme, hak-hak
azasi manusia hanya sebagian unsur peradaban yang awalnya merebak di
Barat, kemudian menular ke mana-mana.
- Di sebuah kesempatan, seorang dosen di Barat bertanya pada ratusan
mahasiswanya di sebuah kelas: siapa yang beragama di kelas ini? Dan
yang menaikkan tangan hanya segelintir orang. Itu pun semuanya berwajah
Asia. Namun, dari mayoritas yang tidak menaikkan tangan itu,
mengembalikan pensil sehabis meminjam, membukakan pintu pada wanita
yang ada di belakangnya, tersenyum mengucapkan selamat pagi pada
orang-orang yang dijumpai.
- Sekelumit cerita singkat ini mau bertutur, kalau wibawa dan karisma
agama di Barat sudah demikian menurun. Jika ada yang berani bertanya
pada orang Barat yang baru dikenal dengan pertanyaan ‘agama Anda apa?’,
siap-siaplah diterima dengan tatapan muka yang tidak bersahabat. Dan
pada saat yang sama, ada gelombang besar yang sedang melanda dunia
berupa rasa lapar dan dahaga yang mendalam akan kedamaian.
- Tidak terlalu penting judul dan bungkusnya apa, asal memberikan
kedamaian, banyak orang akan ikut. Ini yang berada dibalik merebak
pesatnya pusat-pusat meditasi di mana-mana. Tidak ada hal lain yang
dicari kecuali kedamaian. Sehingga memunculkan tantangan menawan bagi
agama-agama, agama mana pun yang gagal menjawab aspirasi damai umatnya,
kemungkinan besar akan ditinggalkan.
Menyeberangi samudera kekisruhan
- Meminjam pengandaian seorang guru, ajaran-ajaran religiusitas ibarat
perahu untuk menyebeberangi samudera kekisruhan. Pertama-tama kita
perlu membangun perahu. Kemudian bergerak menyeberangi samudera.
Terakhir meninggalkan perahunya di belakang.
- Hampir semua perahu religiusitas dibangun dengan etika dan tata
susila. Di Islam disebut Syari’at, dalam Kristianitas diberi judul
sepuluh perintah Tuhan, penganut Buddha menyebutnya Vinaya, orang Hindu
menyebutnya Tri Kaya Parisudha. Ada yang serupa di antara semua ini:
menghentikan semua kejahatan, memperbanyak kebajikan, memurnikan hati
dan pikiran.
- Siapa saja yang sudah mulai melaksanakan etika dan tata susila, ia
sudah melangkah menyeberangi samudera kekisruhan. Dan mulai melihat
wajah-wajah kedamaian, kendati dalam bentuk yang kasar dan tidak kekal
pada awalnya. Sedikit musuh, banyak sahabat itulah wajah kedamaian yang
mulai dijumpai di awal.
- Begitu etika dan tata susila diterapkan lebih sempurna lagi, hidup
mulai menunjukkan wajahnya yang lebih sejuk lagi. Dalam meditasi maupun
keseharian, ia muncul dalam bentuk batin yang teduh dan menyentuh.
Tidak lagi tertarik untuk melakukan segala bentuk kejahatan, dan pada
saat yang sama muncul rasa lapar untuk tersenyum pada semuanya.
keserakahan, kemarahan, kebencian dan segala kekotoran batin lenyap.
- Mungkin ini sebabnya J. Krishnamurti pernah menyebut understanding
is doing. Pengertian baru muncul setelah pelaksanaan. Makanya ada guru
yang menyarankan, janganlah menyebut diri mengerti semata-mata karena
bisa mengucapkan. Buka pintu pengertian melalui pelaksanaan. Inilah
wajah agama yang indah: agama yang telah dilaksanakan.
- Kejernihan agung (great clarity) itulah tanda kalau seseorang telah
melaksanakan agamanya, sekaligus menjadi tanda telah diseberanginya
lautan kekisruhan. Segala nafsu inderawi sudah duduk di bawah sebagai
pembantu dan berhenti menjadi penguasa yang menakutkan, keinginan untuk
menjadi yang lain dari sekarang juga sudah menghilang, itulah
tanda-tanda pejalan kaki yang sudah menyeberang.
- Dan begitu sampai di seberang, semua hal (termasuk perahu)
ditinggalkan di belakang. Tidak tertarik menggunakan etika dan tata
susila untuk menghakimi orang, tidak tertarik untuk menyebut diri
sendiri dengan sebutan suci, apa lagi menyebut agama orang salah.
- Inilah yang kerap disebut keheningan agung. Nafsu ini nafsu itu,
keinginan ini keinginan itu, semuanya lenyap. Yang tersisa hanya cinta
dan hanya cinta.
1 comment:
Jangan tanya apa agamaku. aku bukan yahudi. bukan zoroaster. bukan pula islam. karena aku tahu, begitu suatu nama kusebut, kau akan memberikan arti yang lain daripada makna yang hidup di hatiku. ~ J.RUMI
Post a Comment