WAHYU DEWA WISNU
“Upaya menjaga keseimbangan, kedamaian dan kesejahteraan dunia”
Hamemayu Hayuning Bawana”
WAHYU
Apa
yang dimaksud dengan Wahyu? Dalam kontek kebudayaan Jawa, wahyu
diartikan sebagai sebuah konsep yang mengandung pengertian suatu
karunia Tuhan yang diperoleh manusia secara gaib. Wahyu juga tidak
dapat dipaksakan, tetapi hanya diberikan oleh Tuhan melalui berbagai
media kepada seseorang yang pinilih atau terpilih, yakni orang-orang
yang memenuhi syarat dalam hal budipekerti dan perbuatannya kepada
sesama manusia dan seluruh makhluk, sehingga terbuka cakra mahkotanya.
Bagi yang memenuhi syarat, ia dapat menambah upaya dengan melakukan
upaya dengan melakukan mesuraga dan mesu jiwa dengan jalan tirakat,
bersemadi, bertapa dan berbagai jalan lain yang berkonotasi melakukan
laku bathin. Tapi tidak setiap kegiatan laku bathin itu akan
mendapatkan wahyu, selain atas kehendak atau anugrah Tuhan Yang Maha
Esa. (Sedangkan wahyu menurut kamus Purwadarminta mempunyai pengertian
suatu petunjuk Tuhan atau Ajaran Tuhan yang perwujudannya bisa dalam
bentuk mimpi, ilham dan sebagainya. (Dalam dunia pewayangan, banyak
lakon wayang yang berjudul wahyu, hal ini menerminkan bahwa masyarakat
Jawa penggemar wayang menaruh minta yang cukup besar terhadap nilai
spiritual yang terkandung dalam kisah atau lakon wayang yang akan dapat
memberikan pengetahuan rohani dan spiritual serta memperluas wawasan di
bidang kejiwaan Adapun beberapa lakon wayang berkaitan dengan wahyu
antara lain lakon-lakon : Wahyu Purba, Wahyu Sejati, Wahyu
Cakraningrat, Wahyu Senapati, Wahyu Toh Jali, Wahyu Cengkir Gading dan
yang cukup dikenal adalah Wahyu Makutarama. (Disebutkan dalam
Kitab Babad Tanah Jawa, bahwa turunannya Wahyu digambarkan sebagai
cahaya terang bagaikan bulan bisa juga berujud gumpalan cahaya atau
seberkas sinar putih yang jatuh dari angkasa dan menyatu dalam tubuh
seorang manusia yang sedang mesu raga dan mesu jiwa, apakah dalam
bentuk semadi atau bertapa. Sedangkan dalam lakon wayang tanda-tanda
akan turunnya wahyu diperoleh manusia berupa wangsit oleh seorang
brahmana atau pendeta dalam pengertian ini adalah orang yang sudah
bersih jiwanya melalui mimpi, wangsit yang diterima itu lalu
diberitahukan kepada orang lain, dalam hal ini biasanya orang yang
sedang berguru atau menuntut ilmu kepadanya, atau kepada orang lain
agar bagi mereka yang ingin memperoleh Wahyu lalu melakukan tirakat
Iahir bathin, apakah dengan jalan menyepi di dalam sanggar pemujaan
atau bertapa di dalam hutan. Namun keputusan siapa yang akan memperoleh
wahyu, sepenuhnya berada di tangan Sang Maha Pencipta. Sedangkan
manusia hanya bisa sekedar berusaha.
Dalam
cerita pewayangan, wahyu-wahyu itu diturunkan oleh dewa dan kebanyakan
dilakukan oleh Bathara Wisnu, kecuali Wahyu Cakraningrat oleh Bathara
Kamajaya dan Bathari Ratih, istrinya. Kenapa mesti sebagian besar wahyu
diturunkan oleh Bathara Wisnu? Hal ini karena Bathara Wisnu merupaka
dewa keabadian ini ditunjukan denga kulit tubuhnya yang berwarna hitam
yang merupakan lambang keabadian atau sebagai dewa Kesejahteraan.
Karena tugasnya mensejahterakan dunia, maka apabila dunia dikacaukan
oleh keangkaramurkaan, maka menjadi tugas Bathara Wisnu pernah
menjelma/menitis menjadi ; Matswa (ikan) untuk membunuh raksasa
Hargraiwa yang mencuri kita Weda. Menjadi Narasinga (orang berkepala
harimau) untuk membinasakan Prabu Hiranyakasipu, berupa Wimana (orang
kerdil) untuk mengalahkan Ditya Bali. Bathara Wisnu juga menitis pada
Ramaparasu untuk menumpas para gandarwa, menitis pada
Arjunasasra/Arjunawijaya untuk mengalahkan Prabu Dasamuka. Menitis pada
Ramawijaya untuk membinasakan Prabu Dasamuka, dan terakhir menitis pada
Prabu Kresna untuk menjadi parampara/penasehat agung para Pandawa guna
melenyapkan keserakahan dan kejahatan yang dilakukan oleh para Kurawa.
Sanghyang
Wisnu juga pernah turun ke Arcapada menjadi raja Negara Medangpura
bergelar Maharaja Suman untuk menaklukan Maharaja Balya, raja Negara
Medanggora penjelmaan Bathara Kala. Menjadi raja di Negara
Medangkamulan bergelar Prabu Satmata, untuk menaklukan Prabu Watugunung
yang bertindak keliru dan nyasar mengawini ibunya sendiri.
Adapun wahyu-wahyu yang diturunkan oleh Bathara Wisnu kepada umat di marcapada dan maknanya antara lain :
WAHYU PURBA
Kata
Purba, menurut kamus Purwadarminta mempunyai arti memelihara. Wahyu
Purba mempunyai pengertian, Wisnu atau kebenaran Illahi itu bersifat
memelihara, Ini suatu pelajaran hidup yang mengandung ajaran bahwa di
dalam kehidupan alam semesta dengan segala isinya termasuk juga
manusia, semua dipelihara oleh kebenaran Illahi. Dimana kehidupan alam
semesta dan manusia akan mengalami keselarasan, keselamatan,
ketenteraman, kebahagiaan dan kesejahteraan apabila nilai kebenaran
bisa dihayati dan ditegakkan dengan baik dan benar. (Namun kenyataannya
manusia percaya bahwa hidup ini dipelihara oleh kebenaran Illahi atau
kebenaran Tuhan, masih juga terdapat ketidakbenaran dan kejahatan yang
dapat menimbulkan kekacauan dan mengganggu keselarasan, kebahagiaan,
ketentraman dan kesejahteraan. Semua itu terjadi sebagai akibat
terjadinya pelanggaran terhadap hukum kebenaran. (Untuk memelihara
ketenteraman dan kesejahteraan dunia maka dewa Wisnu turun ke dunia
menitis pada Prabu Arjunawijaya (Arjunasasrabahu) raja Negara Maespati,
dan kepada Ramawijaya, raja Negara Ayodya.
WAHYU SEJATI
Sejati
berarti ada, nyata, yang tunggal atau tidak dualistis. Wahyu Sejati
berarti suatu kebenaran yang bersifat tunggal. Artinya bahwa kebenaran
itu tidak memiliki sifat ganda atau berpasangan yang terdiri dari dua
hal yang berbeda sifatnya atau berlawanan, seperti terang dengan gelap,
benar dan salah, putih dan hitam atau merah, dan lain sebagainya. (Ini
suatu pelajaran hidup bahwa di dalam kehidupan alam semesta dan isinya,
termasuk manusia, hanya terdapat satu kebenaran, yaitu Kebenaran
sejati, yaitu kebenaran Illahi. Apabila manusia hidup dalam
kaidah-kaidah ajaran kebenaran yang sejati, maka kehidupan manusia akan
memperoleh kedamaian, kekegotong-royongan yang dapat menumbuhkan sifat
toleransi atau saling membantu dan saling menghormati. (Namun
kenyataannya dalam menjalankan kehidupannya manusia masih mengulur-ulur
nilai-nilai kehidupannya dengan ukuran yang tidak menentu.
Kadang-kadang mengulur sesuatu dengan kebenaran Illahi, tetapi
kadang-kadang mngukur suatu tindakan selaras dengan kepentingannya
sendiri. Akibatnya tatanan kehidupan menjadi tidak menentu, kacau dan
saling merugikan pihak lain. Timbulah kemudian sifat keserakahan dan
keangkaramurkaan. (Untuk memulihkan dan memelihara keseimbangan
kehidupan di dunia, maka dewa Wisnu turun ke marcapada menitis pada
ramaparasu, putra Resi Jamadagni dari pertapaan Dewasana, dan kemudian
menitis pada Lesmana, adik satu ayah Ramwijaya. (Wahyu sejati atau
Wisnu yang menitis pada Ramaparasu adalah bertugas mengembalikan
ketenteraman dunia sebagai akibat dari perbuatan keserakahan yang
dilakukan oleh Raja Hehaya dengan perbuatannya merampas hak dan
kemerdekaan orang lain. Raja Hehaya bukan saja telah membunuh para
brahmana, termasuk Resi Jamagani ayah Ramparasu dan merampas harta
miliknya, tetapi juga merampas harta rakyat. (Sedangkan Wahu Sejati
yang menitis pada Lesmana merupakan pasanhan dari Wahyu Purba yang
menitis pada Ramawijaya. Seperti kita ketahui antara Rama dan Lesmana
sebenarnya selalu hidup berpasangan, bekerja sama membasmi segala
bentuk kejahatan. Hal ini menunjukan bahwa Wahyu Purba dan Wahyu Sejati
atau kebenaran Illahi yang bersifat memelihara dengan kebenaran Illahi
yang bersifat tunggal, berhubungan erat sekali.
WAHYU WASESA
Wasesa
berarti mempunyai kekuasaan, berkuasa, mengatur atau menguasai. Wahyu
Wasesa berarti suatu kebenaran Illahi yang bersifat mengatur atau
menguasai. Ini mengandung makna bahwa di dalam kehidupan alam semesta
dan isinya, termasuk manusia diatur dan dilakukan oleh kekuasaan
Illahi. Tegasnya satu-satunya pengatur dan pemerintah alam semesta dan
isinya termasuk manusia adalah kekuasaan Tuhan. (Apabila semua manusia
berpegang pada kaidah ini , maka manusia idupo tidak perlu harus merasa
takut pada kekurangan, menderita, mengalami ketidak adilan, kehilangan
kemerdekaan atau kebebasan. (Tetapi didalam kenyataannya sadar atau
tidak sadar manusia masih percaya, bahwa hidup ini selain dikuasai oleh
kebaikan atau kebenaran Illahi, masih bisa dikuasai oleh kejahatan.
Bahkan kadang-kadang manusia takut dan taat kepada kejahatan daripada
kebenaran illahi. (Ajaran yang terkandung dalam Wahyu Wasesam uakag
syaty ajaran yang mengingatkan kepada kita semua agar bisa selalu
sadar bahwa hidup ini ada yang mengatur dan menguasai. Wahyu Wasesa
adalah Wisnu yang menitis kepada Sri Kresna, yang dengan kekuasaanya
bertindak sebagai penjaga keseimbangan ketenteraman dan kesejahteraan
dunia. Kedudukan Sri Kresna di sini hanyalah sebagai penasehat Agung
pada satria penegak kebenaran yaitu para satria Pandawa.
WAHYU LUWIH ATAU LINUWIH
Menurut
kamus Purwadarminta, Luwih atau linuwih mengandung arti : lebih,
langkung atau pancuran. Wahyu Luwih adalah Wisnu atau kebenaran Tuhan
yang bersifat memancar. Ini suatu pelajaran hidup bahwa kehidupan alam
semesta berikut isinya, termasuk manusia, pada hakekatnya merupakan
pancaran atau pernyataan hidup atau Tuhan sebagai sumber hidup.
Seumpama air adalah sumber hidup, maka air yang mangalir dari sumber
itu adalah pancarannya.(Wahyu Luwih memberi pelajaran hidup kepada kita
agar disadari bahwa tujuan dan kewajiban hidup manusia di dunia adalah
mencerminkan atau memancarkan sifat Khaliknya yaitu Tuhan YME. Semakin
banyak manusia mencerminkan sifat Tuhan dalam hidupnya, maka akan
semakin kaya manusia memiliki berkah dan kasih saying Tuhan. Antara
Wahyu Wasesa dengna Wahyu Linuwih sebenarnya masih merupakan satu
kesatuan, ibarat air dengan pancurannya. Ibarat Matahari, Wahyu Wasesa
adalah mata harinya, sedangkan Wahyu Luwih adalah pancarannya. (Wahyu
Luwih adalah ajaran Wisnu yang diterima oleh Arjuna, karena itu antara
Sri Kresna dan Arjuna selalu hidup berdampingan dalam tugas kewajiban
memayu hayuning bawana. Ibarat Api, Sri Kresna adalah apinya, sedangkan
Arjuna merupakan cahaya terangnya.
WAHYU MURTI
Murti
menurut kamus Jawa/Kawi mempunyai arti ; amor, menyatu/bersatu,
gumolong, tunggil, linangkung, utuh dan semesta. Jadi Wahyu Murti
mengandung arti ajaran Wisnu yang bersifat gumolong, utuh dan semesta.
Ini suatu ajaran bahwa hidup alam semesta dan isinya termasuk manusia
merupakan satu kesatuan yang utuh yang antara satu dengan yang lainnya
tidak bisa dipisahkan. Karena yang satu merupakan bagian dari yang
lain.(Karena alam dan isinya merupakan satu bagian yang utuh, maka
menjadi kewajiban kita manusia untuk menjaga keseimbangan alam.
Menciptakan kedamaian dan kesejahteraan, serta memelihara
keselarasan.(Wahyu Murti adalah ajaran Wisnu yang diberikan kepada
Gunawan Wibisana. Karena itu Gunawan Wibisana selalu berusaha untuk
ikut menjaga keseimbangan dan keselarasan dunia. Berkali-kali ia
memperingatkan Rahwana, kakaknya, agar mengembalikan Dewi Sinta kepada
Prabu Rama demi keselamatan Negara Alengka, karena Prabu Rama
sesungguhnya satria penjelmaan dewa Wisnu.(Karena Wibisana dengan Wahyu
Murtinya merupakan bagian daripada Wisnu, maka ketika ia akan menduduki
tahta kerajaan Alengka setelah berakhirnya perang Alengka. Prabu Rama
melengkapinya dengan ajaran Hastabrata dengan tujuan agar Gunawan
Wibisana menjadi seorang raja yang arif bijaksana, dicintai dan
mencintai rakyatnya serta mampu menciptakan kesejahteraan, kedamaian,
ketenteraman hidup bagi rakyatnya.
WAHYU MAKUTHA RAMA
Wahyu
Makutha Rama pada hakekatnya merupakan inti sari dari keseluruhan wahyu
yang diturunkan oleh Dewa Wisnu yang merupakan gabungan dari inti sari
Wahyu Purba, Wahyu Sejati, Wahyu Wasesa, Wahyu Luwih dan Wahyu Murti.
Karena itu Wahyu Makutha Rama merupakan wahyu yang terakhir dari Dewa
Wisnu sebab setelah mengajarkan Wahyu Makutha Rama kepada Arjuna dalam
perwujudannya sebagai Bagawan Keswasidhi di Gunung Kutarunggu, dan
berakhirnya perang Bharatayuda dengan musnahnya keluarga Kurawa yang
merupakan lambang angkara murka, Dewa Wisnu tidak turun lagi ke
Marcapada.
No comments:
Post a Comment