Friday, February 10, 2012

Pemalu dan Kecanduan Internet akan Masuk Kategori Sakit Jiwa

Jutaan orang sehat, termasuk anak-anak pemalu, bandel, orang yang berduka akan kematian orang yang dikasihi dan orang yang sangat memuja sesuatu akan diberi label sakit jiwa. Demikian menurut panduan diagnosa gangguan mental yang baru.

Dalam analisis revisi panduan diagnosis gangguan mental yang menjadi acuan profesional kesehatan mental sedunia, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), para psikolog, psikiater dan ahli kesehatan mental membahas tentang kategori gangguan mental baru yang dianggap konyol dan sangat mengkhawatirkan serta berbahaya.

Panduan yang selesai direvisi tahun depan ini bisa memberikan diagnosa medis bagi pemerkosa berantai dan penjahat seks dengan label 'paraphilic coercive disorder'. Akibatnya, sang pelaku bisa terbebas dari penjara karena ada alasan kesehatan atas perilakunya.


Lebih dari 11.000 profesional kesehatan telah mengisi petisi di situs dsm5-reform.com yang menyerukan untuk menghentikan pembuatan DSM edisi kelima.

DSM diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). Isinya memuat deskripsi, gejala dan kriteria lain untuk mendiagnosa gangguan mental. Panduan ini digunakan secara internasional dan dipandang sebagai 'alkitab' diagnosis untuk mengatasi gangguan kesehatan mental.

"Revisi DSM yang diusulkan akan memperburuk masalah yang disebabkan karena mencoba menyesuaikan sistem. Ada beberapa diagnosis medis yang diberikan pada masalah yang tidak tepat jika dikelompokkan dalam klasifikasi," kata Peter Kinderman, psikolog klinis dan kepala Institute of Psychology di Liverpool University.

Kinderman mengatakan edisi baru yang dikenal sebagai DSM-5 ini akan menyebabkan munculnya diagnosis berbagai masalah yang seharusnya tidak pernah dianggap sebagai penyakit mental. Contohnya adalah gangguan pemalu, berduka, bandel dan kecanduan intenet.

Dalam DSM edisi sebelumnya, seseorang yang baru saja kehilangan orang yang dicintai dan memiliki suasana hati yang buruk dianggap normal karena sedang berkabung. Namun DSM edisi baru ini akan mengabaikan kriteria kematian dan hanya melihat gejalanya, kemudian memasukkan gejalanya dalam kategori penderita penyakit depresi.

"Banyak orang yang pemalu, berduka, eksentrik atau memiliki kehidupan romantis yang tidak biasa akan tiba-tiba dicap sakit jiwa. Ini tidak manusiawi, tidak ilmiah, dan tidak akan membantu memutuskan bantuan apa yang dibutuhkan seseorang," kata Kinderman seperti dilansir FoxNews, Jumat (10/2/2012).

Diagnosa baru lain yang dianggap bermasalah oleh para ahli adalah 'gangguan berjudi, gangguan kecanduan internet dan gangguan pemberontak oposisi', yaitu suatu kondisi di mana anak secara aktif menolak memenuhi permintaan mayoritas dan melakukan tindakan yang disengaja untuk mengganggu orang lain.

"Itu berarti anak-anak yang berkata 'tidak' kepada orangtuanya lebih dari jumlah tertentu akan masuk dalam kriteria tersebut. Dengan kriteria ini, banyak di antara kita yang akan mengatakan bahwa anak-anak kita sakit jiwa," kata Kinderman.

Sebagai dampak yang tidak diinginkan, Profesor Allen Frances, profesor Emeritus di Duke University dan ketua komite yang mengawasi revisi DSM edisi sebelumnya, mengkhawatirkan jutaan orang akan mendapatkan diagnosa dan perawatan yang tidak tepat.

Dana yang digunakan untuk pengobatan akan sia-sia sebab diberikan untuk orang yang tidak membutuhkan, bahkan mungkin bisa merugikan. ~DETIK.com

No comments: