Saturday, February 11, 2012

Pesawat Kepresidenan ?


Babak baru peningkatan fasilitas Presiden kini sudah mulai menggelinding. Sebagai orang yang memimpin sekitar 240 juta jiwa anak bangsa, sudah sepantas nya kita memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan mendesak nya. Dalam kaitan ini, kita tentu tidak hanya berpikir untuk Presiden masa kini, namun juga untuk Presiden kita mendatang. Salah satu fasilitas yang perlu disiapkan adalah soal pesawat kepresidenan itu sendiri. Sesuai rencana, mulai Agustus 2013, untuk pertama kali Presiden Sby bakal menggunakan pesawat kepresidenan yang dirancang secara khusus dan dipesan langsung dari Amerika Serikat. Pesawat jenis Boeing Business Jet 2 Green Aircraft ini dibeli menggunakan dana APBN seharga 91,2 juta dolar AS atau sekitar Rp 825 milyar.

   Dari berbagai sumber, khusus nya Sekretaris Kementerian Sekretaris Negara, setidak nya ada tiga aspek yang melatari pembelian pesawat kepresidenan ini, pertama tentu saja terkait dengan aspek keamanan. Pesawat carter yang biasa nya Garuda Indonesia Airline memiliki resiko keamanan yang lebih tinggi. Pasal nya, pesawat carter kepresidenan juga digunakan sebagai pesawat komersial. Selain itu tidak dilengkapi peralatan navigasi, komunikasi, cabin insulation, dan inflight entertainment. Ke dua adalah sisi operasional, kenyamanan dan kesiapan pesawat carter tidak optimal. Pesawat carter yang merupakan pesawat komersial perlu direkonfigurasi sesuai dengan kebutuhan pihak Istana Kepresidenan. Dan ketiga, rekonfigurasi khusus meninmbulkan opportunity loss bagi maskapai penerbangan. Opportunity loss ini turut menjadi komponen biaya yang harus dibayar negara.

   Menyimak dengan seksama tiga pertimbangan diatas, jelas terlihat bahwa pesawat kepresidenan itu benar-benar dibutuhkan. Peduli terhadap keselamatan dan keamanan Presiden adalah hal yang utama. Coba kita cermati pesawat kepresidenan Amerika Serikat yang melegenda menjadi kebanggaan warga Amerika Serikat. Mereka, rasa nya sudah tidak mempersoalkan soal mahal atau tidak nya harga pesawat yang dinamai Air Force 1 itu. Mereka lebih memberi apresiasi jika pesawat kepresidenan itu benar-benar mampu membawa pencitraan yang lebih baik bagi bangsa Amerika Serikat. Di nurani mereka telah tertanam nilai bahwa Air Force 1 adalah simbol kekuatan Amerika Serikat dalam kemajuan teknologi, sekaligus juga sebagai kesungguhan rakyat Amerika Serikat dalam melindungi dan menjaga keamanan Presiden nya.

   Namun begitu, penting kita catat bahwa Indonesia bukanlah Amerika Serikat. Indonesia adalah Indonesia. Suatu bangsa yang memiliki nilai dan budaya tersendiri. Indonesia merupakan negara yang hampir mendekati 67 tahun merdeka dan kini sedang giat-giat nya melakoni pembangunan. Dengan jumlah penduduk sekitar 240 juta jiwa, Indonesia rupa nya masih belum mampu membebaskan sebagian warga masyarakat nya dari jeratan kemiskinan yang tak berujung pangkal. Jurang yang masih menganga lebar antara para penikmat pembangunan dengan para korban pembangunan, masih tampak di hadapan kehidupan kita. Di satu sisi terekam adanya sebagian kecil warga bangsa yang sudah mampu menikmati teknologi paling mutakhir, namun di sisi lain, kita saksikan juga sebagian besar warga bangsa yang baru menggapai teknologi yang paling sederhana. Ya inilah sebuah antagonistik kehidupan yang mesti nya tidak pantas tercipta di atas tanah merdeka ini.

   Akibat nya, sesuatu hal yang mesti dimaklumi jika setelah mendengar Pemerintah akan membeli pesawat kepresidenan dengan harga sekitar Rp 825 milyar itu, maka banyak tanggapan yang agak minor terhadap kebijakan yang demikian. Sekali pun telah dijelaskan bahwa pesawat kepresidenan yang di pesan itu, bukan pesawat pribadi khusus, namun ada juga kalangan yang menilai bahwa pesawat kepresidenan tersebut seakan-akan semacam pesawat pribadi yang luar biasa. Pesawat kepresidenan ini hanya di desain dengan ruangan-ruangan tertentu untuk para pengawal dan ajudan Presiden serta penumpang lain nya. Pesawat kepresiden yang dipesan, bukanlah jenis pesawat super mewah, tapi sebuah pesawat yang dapat memenuhi kebutuhan dan kegiatan Presiden.

    Walau begitu, ada juga orang yang mempertanyakan kenapa waktu era nya Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur dan Bu Mega, tidak ada kehendak untuk membeli pesawat kepresidenan ? Apakah karena para mantan Presiden sendiri memang tidak memiliki kehendak untuk dapat bepergian dengan aman dan nyaman jika harus menggunakan pesawat terbang; ataukah para pembantu nya yang tidak merancang dan merumuskan nya ? Tapi bisa juga para mantan Presiden tersebut sudah merasakan "kepuasan" dengan menggunakan pesawat carteran itu sendiri ? Pertanyaan-pertanyaan diatas tampak nya menarik untuk dicermati. Jawaban nya tentu bakal macam-macam. Tergantung di sisi mana sang penjawab berada. Hanya, sebagai warga bangsa, ada baik nya kita berpikir positip dan jauh ke depan. Sekali pun harga nya Rp 825 milyar, selama dapat meningkatkan kinerja Presiden dalam melaksanakan tugas dan kewajiban nya, maka pembelian pesawat kepresidenan ini, janganlah terlampau diributkan. Lain cerita jika sekarang kita sudah yakin bahwa kinerja itu tidak akan pernah bertambah baik. ~SUARA RAKYAT

No comments: