Babak baru peningkatan fasilitas Presiden kini sudah mulai
menggelinding. Sebagai orang yang memimpin sekitar 240 juta jiwa anak
bangsa, sudah sepantas nya kita memperhatikan apa yang menjadi
kebutuhan mendesak nya. Dalam kaitan ini, kita tentu tidak hanya
berpikir untuk Presiden masa kini, namun juga untuk Presiden kita
mendatang. Salah satu fasilitas yang perlu disiapkan adalah soal
pesawat kepresidenan itu sendiri. Sesuai rencana, mulai Agustus 2013,
untuk pertama kali Presiden Sby bakal menggunakan pesawat kepresidenan
yang dirancang secara khusus dan dipesan langsung dari Amerika Serikat.
Pesawat jenis Boeing Business Jet 2 Green Aircraft ini dibeli
menggunakan dana APBN seharga 91,2 juta dolar AS atau sekitar Rp 825 milyar.
Dari berbagai sumber, khusus nya Sekretaris Kementerian Sekretaris
Negara, setidak nya ada tiga aspek yang melatari pembelian pesawat
kepresidenan ini, pertama tentu saja terkait dengan aspek keamanan.
Pesawat carter yang biasa nya Garuda Indonesia Airline memiliki resiko
keamanan yang lebih tinggi. Pasal nya, pesawat carter kepresidenan juga
digunakan sebagai pesawat komersial. Selain itu tidak dilengkapi
peralatan navigasi, komunikasi, cabin insulation, dan inflight
entertainment. Ke dua adalah sisi operasional, kenyamanan dan kesiapan
pesawat carter tidak optimal. Pesawat carter yang merupakan pesawat
komersial perlu direkonfigurasi sesuai dengan kebutuhan pihak Istana
Kepresidenan. Dan ketiga, rekonfigurasi khusus meninmbulkan opportunity
loss bagi maskapai penerbangan. Opportunity loss ini turut menjadi
komponen biaya yang harus dibayar negara.
Menyimak
dengan seksama tiga pertimbangan diatas, jelas terlihat bahwa pesawat
kepresidenan itu benar-benar dibutuhkan. Peduli terhadap keselamatan
dan keamanan Presiden adalah hal yang utama. Coba kita cermati pesawat
kepresidenan Amerika Serikat yang melegenda menjadi kebanggaan warga
Amerika Serikat. Mereka, rasa nya sudah tidak mempersoalkan soal mahal
atau tidak nya harga pesawat yang dinamai Air Force 1 itu. Mereka lebih
memberi apresiasi jika pesawat kepresidenan itu benar-benar mampu
membawa pencitraan yang lebih baik bagi bangsa Amerika Serikat. Di
nurani mereka telah tertanam nilai bahwa Air Force 1 adalah simbol
kekuatan Amerika Serikat dalam kemajuan teknologi, sekaligus juga
sebagai kesungguhan rakyat Amerika Serikat dalam melindungi dan menjaga
keamanan Presiden nya.
Namun begitu, penting kita
catat bahwa Indonesia bukanlah Amerika Serikat. Indonesia adalah
Indonesia. Suatu bangsa yang memiliki nilai dan budaya tersendiri.
Indonesia merupakan negara yang hampir mendekati 67 tahun merdeka dan
kini sedang giat-giat nya melakoni pembangunan. Dengan jumlah penduduk
sekitar 240 juta jiwa, Indonesia rupa nya masih belum mampu membebaskan
sebagian warga masyarakat nya dari jeratan kemiskinan yang tak berujung
pangkal. Jurang yang masih menganga lebar antara para penikmat
pembangunan dengan para korban pembangunan, masih tampak di hadapan
kehidupan kita. Di satu sisi terekam adanya sebagian kecil warga bangsa
yang sudah mampu menikmati teknologi paling mutakhir, namun di sisi
lain, kita saksikan juga sebagian besar warga bangsa yang baru
menggapai teknologi yang paling sederhana. Ya inilah sebuah
antagonistik kehidupan yang mesti nya tidak pantas tercipta di atas
tanah merdeka ini.
Akibat nya, sesuatu hal yang mesti
dimaklumi jika setelah mendengar Pemerintah akan membeli pesawat
kepresidenan dengan harga sekitar Rp 825 milyar itu, maka banyak
tanggapan yang agak minor terhadap kebijakan yang demikian. Sekali pun
telah dijelaskan bahwa pesawat kepresidenan yang di pesan itu, bukan
pesawat pribadi khusus, namun ada juga kalangan yang menilai bahwa
pesawat kepresidenan tersebut seakan-akan semacam pesawat pribadi yang
luar biasa. Pesawat kepresidenan ini hanya di desain dengan
ruangan-ruangan tertentu untuk para pengawal dan ajudan Presiden serta
penumpang lain nya. Pesawat kepresiden yang dipesan, bukanlah jenis
pesawat super mewah, tapi sebuah pesawat yang dapat memenuhi kebutuhan
dan kegiatan Presiden.
Walau begitu, ada juga orang
yang mempertanyakan kenapa waktu era nya Pak Harto, Pak Habibie, Gus
Dur dan Bu Mega, tidak ada kehendak untuk membeli pesawat kepresidenan
? Apakah karena para mantan Presiden sendiri memang tidak memiliki
kehendak untuk dapat bepergian dengan aman dan nyaman jika harus
menggunakan pesawat terbang; ataukah para pembantu nya yang tidak
merancang dan merumuskan nya ? Tapi bisa juga para mantan Presiden
tersebut sudah merasakan "kepuasan" dengan menggunakan pesawat carteran
itu sendiri ? Pertanyaan-pertanyaan diatas tampak nya menarik untuk
dicermati. Jawaban nya tentu bakal macam-macam. Tergantung di sisi mana
sang penjawab berada. Hanya, sebagai warga bangsa, ada baik nya kita
berpikir positip dan jauh ke depan. Sekali pun harga nya Rp 825 milyar,
selama dapat meningkatkan kinerja Presiden dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban nya, maka pembelian pesawat kepresidenan ini, janganlah
terlampau diributkan. Lain cerita jika sekarang kita sudah yakin bahwa
kinerja itu tidak akan pernah bertambah baik. ~SUARA RAKYAT
No comments:
Post a Comment