Rezim SBY adalah Rezim Kata-kata
- Rezim Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah rezim kata-kata. Rezim yang
tidak punya karya nyata. Bukti terbaru rezim kata-kata itu adalah tidak
adanya upaya nyata untuk menghentikan kekerasan yang dilakukan aparat
negara terhadap rakyat di Bima, Mesuji, dan sejumlah daerah lain.
Demikian mengemuka dalam diskusi rutin yang diselenggarakan Rumah
Perubahan 2.0 bertema “Kekerasan Negara di Daerah, antara Tanggung
Jawab dan Retorika" Selasa (10/01). Diskusi menghadirkan Guru Besar
Fakultas Psikologi UI Prof Hamdi Muluk, Direktur Setara Institut
Hendardi, mantan Anggota DPR M Hatta Taliwang, dan aktivis rakyat Bima
Muchlis Abdullah. Menurut Hendardi, kekerasan di Bima dan Mesuji
berakar pada konflik agraria dan pengusahaan sumber daya alam (SDA). Di
dua daerah tersebut, sangat nyata adanya bukti-bukti terjadinya
pelanggaran hak azasi manusia (HAM) karena hak-hak rakyat dirampas.
Untuk itu, lanjut dia, seharusnya Komnas HAM sudah bisa bertindak tanpa
diminta, bukannya menjadi subordinat TGPF. Bahkan pada kasus Bima,
Komnas HAM malah menyamakan data-datanya dengan Polisi."Semua ini jadi
bukti rezim SBY hanyalah rezim kata-kata. Bukan rezim yang kerja nyata.
Kita segera mereformasi agraria, menghapus imunitas pelaku kekerasan,
perbaiki kepolisian, dan putus mata rantai bisnis keamanan. Namun semua
itu sangat tergantung kepada presiden. Pada kasus Freeport, Mesuji, dan
Bima, misalnya, SBY tidak melakukan apa-apa. Dia hanya sibuk
mengeluhkan adanya soal-soal kekerasan, tanpa ada tindakan tegas apa
pun. Karena itu, rezim ini harus segera diakhiri," ujar Hendardi.
-
Sementara itu, terkait konflik rakyat dengan pemilik modal, Ketua
Komite Tetap Investasi Indonesia Bagian Tengah KADIN Indonesia,
Muhammad Solikin mengatakan, ada dua macam pengusaha. Yaitu pengusaha
hitam dan pengusaha putih. Para pengusaha putih sulit eksis karena
tidak mampu bersaing dengan pengusaha hitam berkroni dengan pejabat,
bahkan istana. "Saat ini berusaha lebih sulit dibandingkan masa VOC.
Indonesia sudah menjadi negara mafia yang penuh dengan kronisme,
setoran kepada para pejabat, jenderal, polisi, jaksa bahkan sampai
istana. Sebetulnya kalau mau sejahtera gampang saja. Serahkan 30 persen
SDA untuk rakyat, 20 persen untuk BUMN/BUMD, dan sisanya kepada
investor besar. Kalau hal ini tidak bisa dilakukan dengan peraturan dan
UU, mari kita lakukan secara paksa," tukas Solikin yang juga
Koordinator Indonesia Bermartabat.
-
Tokoh nasional perubahan Rizal Ramli yang didaulat bicara menyatakan
sependapat dengan Hendardi, bahwa rezim sekarang adalah rezim
kata-kata. Rezim yang tidak memiliki karya nyata untuk rakyatnya.
Karenanya, lanjut dia, sudah saatnya rakyat mengakhiri rezim yang
menurut para tokoh ulama adalah rezim pembohong ini. "Saya ingatkan
kepada mereka semua, bahwa situasi saat ini jauh lebih kondusif
dibandingkan tahun 1998. Lagi pula, gerakan sekarang bukanlah people
power yang mudah dibelokkan kekuatan neolib. Gerakan kita saat ini
adalah people movement, gerakan rakyat, sebagaimana gerakan rakyat pada
masa sebelum kemerdekaan. Rakyat sekarang sudah cerdas dan tidak mudah
dibajak lagi oleh kekuatan-kekuatan lama," papar Rizal Ramli yang juga
Ketua Umum Aliansi Rakyat untuk Perubahan. Di sisi lain, Rizal Ramli
yang mantan Menko Perekonomian itu memastikan, bahwa gerakan rakyat
kali ini adalah gerakan damai. Dia juga minta agar SBY tidak
menggunakan aparat keamanan untuk bertindak keras, apalagi sampai
menyebabkan jatuhnya korban.
-
Senada dengan itu, Koordinator Indonesia Bersih Adhie M Massardi
meminta seluruh elemen masyarakat menyiapkan diri untuk aksi pada 12
Januari 2012. Aksi yang dimotori Persatuan Rakyat Desa (Parade)
Nusantara di sepanjang jalur Pantura dan Jalur Tengah Jawa ini, juga
akan melibatkan sedikitnya 30 organisasi rakyat di seluruh Indonesia.
Antara lain mahasiswa, buruh, nelayan, kepala desa, petani pedagang,
kaki lima, umat lintas agama, dan lainnya. "Di Jakarta, aksi akan
dipusatkan pada dua titik, yaitu di Istana dan DPR. Kita tidak akan
anarkis. Aksi kita damai. Tapi kalau rezim ini berlaku keras, kita
tidak akan takut. Pendek kata, mereka jual kita beli. Justru kekerasan
yang mereka tunjukkan akan semakin mempercepat kejatuhan rezim SBY,"
pungkas Adhie.
No comments:
Post a Comment