Sebanyak lima tentara Amerika Serikat diduga terlibat dalam
peristiwa pembakaran Al Quran di sebuah pangkalan NATO di Afganistan.
Menurut seorang pejabat NATO, peristiwa tersebut juga melibatkan
seorang penerjemah lokal.
Seperti dikutip dalam laman cnn.com,
Sabtu, 3 Maret 2012, Al Quran yang dibakar adalah bagian materi
keagamaan yang disita dari fasilitas tahanan di pangkalan udara Bagram
pekan lalu. Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, sebelumnya telah
meminta maaf kepada Hamid Karzai dan mengatakan bahwa pembakaran
tersebut adalah suatu kesalahan tentaranya.
Pihak militer AS
sebelumnya telah menyampaikan alasan pembakaran tersebut. Yakni,
material keagamaan yang disita diduga memuat pesan ekstrem atau
digunakan sebagai media komunikasi para ekstremis.
Kehebohan
atas pembakaran memicu serangkaian protes dan serangan yang menewaskan
sedikitnya 39 orang, termasuk 4 orang tentara Amerika dan ratusan
lainnya terluka.
Seorang pria mengenakan seragam Tentara
Nasional Afganistan membunuh 2 tentara Amerika pekan lalu di pangkalan
di timur Afghanistan. Sementara, akhir pekan lalu, dua perwira senior
Amerika ditembak mati di dalam kantor Kementrian Dalam Negeri
Afganistan.
Sebuah bom bunuh diri terjadi pada Senin di lapangan
udara militer di timur Afganistan, yang menewaskan sembilan orang dan
12 orang terluka, ungkap polisi Afganistan.
Kemudian, di sisi
utara provinsi Kunduz, demonstran menyerang kantor kepala polisi dan
pangkalan militer Amerika, dan beberapa orang melempar granat tangan,
dan melukai tujuh pasukan Amerika.
Demonstrasi yang dilakukan di
luar kantor PBB di Kunduz, pada Sabtu menyebabkan empat warga sipil
tewas dan memaksa PBB untuk merelokasi para staf internasionalnya.
Taliban
juga mengklaim telah meracuni pasokan makanan di markas operasi
Torkham, berdekatan dengan perbatasan Afganistan dengan Pakistan,
sebagai balas dendam atas pembakaran Al Quran.
Serangan ini
telah memberikan tekanan dan menegangnya hubungan Amerika-Afganistan
pada saat Amerika telah bekerja untuk mengurangi jumlah pasukannya dan
melakukan transisi keamanan pada 2014. ~VIVAnews
No comments:
Post a Comment