Pro kontra rencana kenaikan harga BBM pada tanggal 1 April 2012,
tampak masih berlangsung dan mengedepan menjadi perbincangan publik
yang cukup hangat. Sebuah lembaga survey mengungkapkan sekitar 88 %
responden tidak setuju dengan kenaikan harga BBM. Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan lewat Fraksi PDIP di DPR dengan suara lantang
melakukan penolakan atas rencana kenaikan BBM ini.
Begitu pula dengan Partai Gerindra dan Partai Hanura yang berpandangan
bila harga BBM dinaikan, maka efek domino nya sangatlah besar. Bukan
saja masyarakat akan mengalami kesulitan ekonomi karena naik nya
harga-harga di pasaran, namun kenaikan harga BBM pun ditengarai bakal
menambah jumlah pengangguran di negeri ini, mengingat banyak nya
pengusaha yang bakal gulung tikar.
Lucu nya, ketika
ada yang bertanya kepada masyarakat terkait siapa yang harus
bertanggungjawab atas kenaikan harga BBM ini, ternyata sebagian besar
menjawab bahwa Partai Demokrat lah yang paling bertanggungjawab. Ya,
boleh-boleh saja rakyat berpandangan begitu, karena Partai Demokrat
adalah "the rulling party" yang telah diberi amanah rakyat untuk
menjalankan roda Pemerintahan.
Di mata rakyat,
"hitam-putih" nya negeri dan bangsa ini, ujung-ujung nya tetap berada
di Partai Demokrat. Termasuk juga usulan Pemerintah yang berkehendak
menaikan harga BBM. Itu sebab nya, ketika "bola" kenaikan harga BBM ini
berada di tangan para "wakil rakyat" di DPR, sebenar nya rakyat sudah
dapat menyimpulkan sedari awal bahwa usulan itu akan "baik-baik" saja
dan akhir nya bakal diputuskan menjadi kebijakan Pemerintah.
Penolakan dari partai politik "oposisi" rasa nya tidak akan
mempengaruhi hasil akhir, mengingat kalau pun harus terjadi voting,
maka jumlah anggota partai koalisi Pemerintah, jelas lebih besar
dibandingkan dengan jumlah anggota partai oposisi. Akibat nya, sekali
pun sebagian besar warga bangsa menolak kenaikan harga BBM atau betapa
banyak nya para mahasiswa di berbagai daerah yang memprotes kenaikan
BBM, rasa nya Pemerintah tetap akan ngotot atas keputusan yang sudah
ditetapkan nya.
Pemerintah kelihatan nya telah
bertekad bulat mulai 1 April 2012 harga BBM harus dinaikan. Dengan
dalih untuk menyelamatkan ekonomi kita, tidak ada pilihan lain yang
dapat diambil dalam waktu yang sesegera mungkin, terkecuali menaikan
harga BBM. Dengan penuh keyakinan dan percaya diri "jubir Pemerintah"
berusaha meyakinkan publik bahwa langkah menaikan harga BBM adalah
pilihan terbaik yang harus ditempuh. Kampanye seperti ini, seolah-olah
menutup mata atas banyak nya aksi demo mahasiswa yang menolak kenaikan
harga BBM ini atau pun hasil survey yang menyimpulkan sebagian besar
warga banyak tidak setuju dengan rencana Pemerintah menaikan harga BBM
per 1 April 2012 ini.
Beberapa pengamat malah
menuding, sikap Pemerintah yang hanya memilih opsi menaikan harga BBM
jika terjadi kenaikan harga minyak di dunia, sebaik nya perlu dikaji
ulang. Mengapa opsi-opsi lain tidak dipikirkan ? Salah satu nya adalah
opsi untuk melakukan pengelolaan APBN secara lebih cerdas dan utuh.
Misal nya soal pembengkakan anggran belanja pegawai yang dalam APBN
2012 ini sudah melampaui angka 50 %, padahal angka subsidi BBM sendiri
sudah mengecil tinggal sekitar 8,7 % saja.
Dibalik
rencana kenaikan harga BBM per 1 April 2012, sesungguhnya banyak hal
yang dapat kita sikapi dengan seksama. Andaikan harga minyak dunia
menurun dengan drastis, Pemerintah tidak perlu menaikan harga BBM. Tapi
kalau ternyata harga minyak dunia tetap merangkak naik, maka pilihan
nya BBM harus naik. Lalu, kalau turun nya harga minyak dunia itu diatas
tanggal 1 April 2012, apakah harga apakah harga BBM yang telah dinaikan
itu akan segera diturunkan lagi oleh Pemerintah ? Peluang semacam
inilah yang penting untuk dijadikan catatan dan komitmen kita bersama. ~SUARA RAKYAT
No comments:
Post a Comment