Siapa sebenarnya Rudy Kurniawan, kolektor wine asal Indonesia yang
ditangkap FBI di Los Angeles karena tuduhan pemalsuan wine dan
penipuan? Laman winediarist.com menyatakan, Kurniawan adalah seorang pria misterius berusia 30-an.
Namanya
tiba-tiba muncul di dunia wine pada pertengahan 2.000-an. Di awal
kemunculannya, dia menghabiskan sekitar US$1 juta per bulan dalam
berbagai acara lelang wine. Kurniawan mengaku sebagai putra seorang
pengusaha etnis China yang kaya-raya di Indonesia. Ia sempat
mengatakan, nama “Kurniawan” yang ia pakai hanyalah nama samaran.
Seiring
waktu, nama Rudy Kurniawan dikenal sebagai pesohor di dunia wine.
Matanya sangat jeli dalam menilai wine mana yang paling bermutu.
Kurniawan bahkan hadir secara konstan di acara-acara lelang Beverly
Hills dan Sotheby di New York.
Nama Rudy Kurniawan adalah
jaminan mutu. Ketertarikannya pada wine tertentu dengan sendirinya bisa
mendorong harga sebotol wine melambung tinggi di pasaran. Koleksi wine
Rudy bahkan terbeli dengan harga jutaan dolar. Kurniawan sampai membuat
acara sendiri yang menarik minat klien kaya, termasuk miliarder William
I. Koch.
Penulis winediarist.com, Mike Steinberger,
menyatakan beberapa pertemuannya dengan Kurniawan dapat memberikan
potret jelas mengenai sekelumit sosok misterius Kurniawan. “Saya
bertemu Kurniawan pada makan malam amal di New York, di La Paulee de
New York, dan pada lelang Acker Merall di akhir tahun 2007,” tulis
Steinberger.
Saat itu, lanjutnya, Kurniawan dengan santainya
mengeluarkan beberapa ratus ribu dolar “hanya” untuk membeli sebotol
wine Chateau Lafleur 1982. Kurniawan juga mempunyai toko wine bernama
‘The Wine Hotel’ di Los Angeles. Steinberger menggambarkan Kurniawan
sebagai sosok pria muda berkacamata tipis dengan pakaian keren. Satu
hal sudah pasti, dia menghabiskan uang dengan gila-gilaan.
Indonesia atau China?
The New York Times
edisi 8 Maret 2012 menyatakan Kurniawan adalah seorang warga negara
Indonesia yang permohonan suakanya ditolak AS pada tahun 2001. Tahun
2001 itu ia diperintahkan untuk meninggalkan AS. Kurniawan kemudian
mengajukan banding, namun permohonan bandingnya juga ditolak dan ia
kembali diperintahkan untuk meninggalkan AS. Tapi Kurniawan tidak
mematuhi perintah AS dan ia malah tinggal di California sejak tahun
2003.
Namun Penyidik untuk Bill Koch yang menuding Kurniawan
menjual wine palsu mengatakan bahwa nama asli Kurniawan adalah Zhen
Wang Huang. Menurutnya Kurniawan bahkan bukan berasal dari Indonesia,
tapi China.
Deretan Kasus
Kurniawan
pertama kali menghadapi kesulitan ketika pada April 2007, dia mencoba
menjual 6 botol Chateau Le Pin di acara lelang Christie di Los Angeles.
Gambar botol-botol itu dipampang di muka katalog lelang.
Tak
dinyana, pihak chateau melihat katalog itu dan segera mengontak
Christie untuk memberitahu bahwa berdasarkan foto yang ia lihat di
katalog itu, botol-botol itu adalah palsu. Christie segera memeriksa
ulang botol-botol tersebut dan sampai pada kesimpulan yang sama:
botol-botol itu palsu. Mereka pun menarik botol-botol itu dari acara
lelang.
Peristiwa serupa terulang kembali pada tahun 2008 ketika
Kurniawan dititipi setidaknya 84 botol wine palsu yang disebut berasal
dari Domaine Ponsot di Burgundy, Prancis, dalam acara pelelangan.
Botol-botol wine itu diharapkan terjual dengan harga sekitar US$600
ribu.
Kurniawan selanjutnya mengatakan pada calon pembeli bahwa
wine itu adalah asli, padahal tidak. Kurniawan juga dituduh mencoba
menjual sebuah botol wine yang ia klaim sebagagai Domaine Ponsot 1929.
Menurut dokumen pengaduan, hal itu tidak mungkin karena anggur Domaine
Ponsot baru mulai dibotolkan pada tahun 1939.
Kurniawan juga
disebut pernah mengaku dititipi wine yang konon telah dibotolkan antara
tahun 1945-1971 dari kebun anggur Clos St. Denis oleh Domaine Ponsot.
Padahal Domaine Ponsot baru memproduksi wine dari kebun anggur itu
mulai tahun 1982. Wine-wine tersebut kemudian ditarik dari pelelangan
atas permintaan pihak Domaine Ponsot.
Ketika Domaine Ponsot
bertanya kepada Kurniawan dari mana ia mendapat wine palsu itu,
Kurniawan mengatakan ia memperoleh botol-botol wine itu dari seseorang
di Asia. Ia pun memberikan dua nomor telepon milik orang yang
bersangkutan kepada Domaine Ponsot. Namun ketika dihubungi, salah satu
nomor telepon itu ternyata milik maskapai penerbangan Indonesia,
sementara nomor lainnya milik sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta,
Indonesia.
Diringkus FBI
Pasca kejadian
itu, Kurniawan menghilang. Tahun 2009 Kurniawan digugat oleh Koch.
Dalam gugatannya itu dilampirkan pula rincian persoalan finansial yang
dihadapi Kurniawan. Kurniawan disebut gagal membayar pinjamannya
sebesar US$10 juta dari Acker Merall, dan sejumlah US$3 juta dari New
York Emigrant Saving Bank.
Kamis pekan ini waktu AS, Kurniawan
ditangkap oleh agen-agen dari pasukan elit FBI yang berbasis di New
York yang menangani kejahatan-kejahatan yang melibatkan seni, barang
antik, dan barang koleksi lainnya. Dalam sidang di Pengadilan Negeri AS
di Los Angeles, jaksa mengatakan bahwa pada penggeledahan atas rumah
Kurniawan ditemukan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk memalsukan
botol wine.
Pengacara Kurniawan, Luis Li dari kantor pengacara
Munger, Tolles & Olson di Los Angeles mengatakan pihaknya sedang
mengevaluasi tuduhan yang ditujukan kepada kliennya. Penangkapan
Kurniawan diumumkan dalam sebuah rilis berita yang dikeluarkan oleh
kantor pengacara AS di Manhattan.
Asisten Direktur FBI yang
ditugaskan di New York, Janice K. Fedaryck, menyatakan penjualan
komoditas palsu adalah kejahatan besar. Ironisnya, selama
bertahun-tahun restoran-restoran ternama di New York dan Los Angeles
menanti-nantikan keuntungan tak terduga yang selalu datang bersamaan
dengan kehadiran Kurniawan.
“Kejayaan, kemakmuran, dan hari-hari
wine Kurniawan telah berakhir apabila ia terbukti bersalah dalam kasus
pemalsuan ini,” kata pengacara AS Preet Bharara. ~VIVAnews
No comments:
Post a Comment