Friday, March 9, 2012

Siapa Rudy Kurniawan Si Pemalsu Wine?

Siapa sebenarnya Rudy Kurniawan, kolektor wine asal Indonesia yang ditangkap FBI di Los Angeles karena tuduhan pemalsuan wine dan penipuan? Laman winediarist.com menyatakan, Kurniawan adalah seorang pria misterius berusia 30-an.

Namanya tiba-tiba muncul di dunia wine pada pertengahan 2.000-an. Di awal kemunculannya, dia menghabiskan sekitar US$1 juta per bulan dalam berbagai acara lelang wine. Kurniawan mengaku sebagai putra seorang pengusaha etnis China yang kaya-raya di Indonesia. Ia sempat mengatakan, nama “Kurniawan” yang ia pakai hanyalah nama samaran.

Seiring waktu, nama Rudy Kurniawan dikenal sebagai  pesohor di dunia wine. Matanya sangat jeli dalam menilai wine mana yang paling bermutu. Kurniawan bahkan hadir secara konstan di acara-acara lelang Beverly Hills dan Sotheby di New York.


Nama Rudy Kurniawan adalah jaminan mutu. Ketertarikannya pada wine tertentu dengan sendirinya bisa mendorong harga sebotol wine melambung tinggi di pasaran. Koleksi wine Rudy bahkan terbeli dengan harga jutaan dolar. Kurniawan sampai membuat acara sendiri yang menarik minat klien kaya, termasuk miliarder William I. Koch.

Penulis winediarist.com, Mike Steinberger, menyatakan beberapa pertemuannya dengan Kurniawan dapat memberikan potret jelas mengenai sekelumit sosok misterius Kurniawan. “Saya bertemu Kurniawan pada makan malam amal di New York, di La Paulee de New York, dan pada lelang Acker Merall di akhir tahun 2007,” tulis Steinberger.

Saat itu, lanjutnya, Kurniawan dengan santainya mengeluarkan beberapa ratus ribu dolar “hanya” untuk membeli sebotol wine Chateau Lafleur 1982. Kurniawan juga mempunyai toko wine bernama ‘The Wine Hotel’ di Los Angeles. Steinberger menggambarkan Kurniawan sebagai sosok pria muda berkacamata tipis dengan pakaian keren. Satu hal sudah pasti, dia menghabiskan uang dengan gila-gilaan.

Indonesia atau China?

The New York Times edisi 8 Maret 2012 menyatakan Kurniawan adalah seorang warga negara Indonesia yang permohonan suakanya ditolak AS pada tahun 2001. Tahun 2001 itu ia diperintahkan untuk meninggalkan AS. Kurniawan kemudian mengajukan banding, namun permohonan bandingnya juga ditolak dan ia kembali diperintahkan untuk meninggalkan AS. Tapi Kurniawan tidak mematuhi perintah AS dan ia malah tinggal di California sejak tahun 2003.

Namun Penyidik untuk Bill Koch yang menuding Kurniawan menjual wine palsu mengatakan bahwa nama asli Kurniawan adalah Zhen Wang Huang. Menurutnya Kurniawan bahkan bukan berasal dari Indonesia, tapi China.

Deretan Kasus

Kurniawan pertama kali menghadapi kesulitan ketika pada April 2007, dia mencoba menjual 6 botol Chateau Le Pin di acara lelang Christie di Los Angeles. Gambar botol-botol itu dipampang di muka katalog lelang.

Tak dinyana, pihak chateau melihat katalog itu dan segera mengontak Christie untuk memberitahu bahwa berdasarkan foto yang ia lihat di katalog itu, botol-botol itu adalah palsu. Christie segera memeriksa ulang botol-botol tersebut dan sampai pada kesimpulan yang sama: botol-botol itu palsu. Mereka pun menarik botol-botol itu dari acara lelang.

Peristiwa serupa terulang kembali pada tahun 2008 ketika Kurniawan dititipi setidaknya 84 botol wine palsu yang disebut berasal dari Domaine Ponsot di Burgundy, Prancis, dalam acara pelelangan. Botol-botol wine itu diharapkan terjual dengan harga sekitar US$600 ribu.

Kurniawan selanjutnya mengatakan pada calon pembeli bahwa wine itu adalah asli, padahal tidak. Kurniawan juga dituduh mencoba menjual sebuah botol wine yang ia klaim sebagagai Domaine Ponsot 1929. Menurut dokumen pengaduan, hal itu tidak mungkin karena anggur Domaine Ponsot baru mulai dibotolkan pada tahun 1939.

Kurniawan juga disebut pernah mengaku dititipi wine yang konon telah dibotolkan antara tahun 1945-1971 dari kebun anggur Clos St. Denis oleh Domaine Ponsot. Padahal Domaine Ponsot baru memproduksi wine dari kebun anggur itu mulai tahun 1982. Wine-wine tersebut kemudian ditarik dari pelelangan atas permintaan pihak Domaine Ponsot.

Ketika Domaine Ponsot bertanya kepada Kurniawan dari mana ia mendapat wine palsu itu, Kurniawan mengatakan ia memperoleh botol-botol wine itu dari seseorang di Asia. Ia pun memberikan dua nomor telepon milik orang yang bersangkutan kepada Domaine Ponsot. Namun ketika dihubungi, salah satu nomor telepon itu ternyata milik maskapai penerbangan Indonesia, sementara nomor lainnya milik sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, Indonesia.

Diringkus FBI

Pasca kejadian itu, Kurniawan menghilang. Tahun 2009 Kurniawan digugat oleh Koch. Dalam gugatannya itu dilampirkan pula rincian persoalan finansial yang dihadapi Kurniawan. Kurniawan disebut gagal membayar pinjamannya sebesar US$10 juta dari Acker Merall, dan sejumlah US$3 juta dari New York Emigrant Saving Bank.

Kamis pekan ini waktu AS, Kurniawan ditangkap oleh agen-agen dari pasukan elit FBI yang berbasis di New York yang menangani kejahatan-kejahatan yang melibatkan seni, barang antik, dan barang koleksi lainnya. Dalam sidang di Pengadilan Negeri AS di Los Angeles, jaksa mengatakan bahwa pada penggeledahan atas rumah Kurniawan ditemukan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk memalsukan botol wine.

Pengacara Kurniawan, Luis Li dari kantor pengacara Munger, Tolles & Olson di Los Angeles mengatakan pihaknya sedang mengevaluasi tuduhan yang ditujukan kepada kliennya. Penangkapan Kurniawan diumumkan dalam sebuah rilis berita yang dikeluarkan oleh kantor pengacara AS di Manhattan.

Asisten Direktur FBI yang ditugaskan di New York, Janice K. Fedaryck, menyatakan penjualan komoditas palsu adalah kejahatan besar. Ironisnya, selama bertahun-tahun restoran-restoran ternama di New York dan Los Angeles menanti-nantikan keuntungan tak terduga yang selalu datang bersamaan dengan kehadiran Kurniawan.

“Kejayaan, kemakmuran, dan hari-hari wine Kurniawan telah berakhir apabila ia terbukti bersalah dalam kasus pemalsuan ini,” kata pengacara AS Preet Bharara. ~VIVAnews

No comments: