Kamis 13 Oktober 2011, pukul 10.16 WIB, bumi Bali diguncang gempa
besar berkekuatan 6,8 Skala Richter. Murid-murid panik berlarian ke
luar sambil menghindari reruntuhan atap, turis-turis berlomba keluar
hotel dan menjauhi pantai, pasien rumah sakit dievakuasi secepatnya.
Semua orang menghambur ke luar.
Beberapa jam kemudian, pada
pukul 14.52 WIB, Pulau Dewata kembali diguncang lindu. Kekuatannya jauh
lebih kecil, "hanya" 5,6 SR. Toh begitu, goyangannya terasa cukup kuat.
Belum
reda trauma warga, beredar SMS liar yang menyebut Bali akan kembali
berguncang dahsyat pada Kamis malam pukul 17.30 WIB. Kabar yang beredar
menyebut kekuatan gempa bakal naik ke level gawat: 7,9 SR.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika langsung membantah isu
itu. Yang jadi pertanyaan, benarkah Bali berpotensi diguncang gempa
dahsyat?
Dimintai tanggapannya, ahli gempa LIPI Danny Hilman
menjelaskan, sejatinya gempa 6,8 SR yang mengguncang Bali tidaklah
aneh. "Bali memiliki banyak patahan. Ada di selatan, utara, juga di
pulaunya sendiri," kata dia saat dihubungi VIVAnews.com. "Tidak ada yang aneh dengan kejadian gempa di Bali. Sejak dulu banyak gempa. Bali termasuk rawan."
Badan
Nasional Penanggulangan bencana (BNPB) mencatat gempa paling mematikan
di wilayah itu terjadi pada 14 Juli 1976 di Buleleng. Kekuatannya 6,5
SR yang berpusat di darat. Kala itu, 471 meninggal dunia.
Danny
mengakui, hingga saat ini patahan aktif di Bali belum dipetakan dengan
baik. "Kekuatannya tidak sebesar Sumatera, tapi lumayan, 6,8 sampai 7
SR," kata dia.
Bagaimana dengan isu potensi gempa 7,9 SR? "Tidak ada prediksi seperti itu," dia menegaskan.
Gempa
di Bali, Danny menambahkan, harus ditanggapi dengan bijak. Sebab,
selain padat penduduk, Bali adalah tujuan wisata internasional. "Harus
dilakukan pendidikan kegempaan, membuat jalur evakuasi, peraturan
bangunan tahan gempa, menerapkan SoP evakuasi di hotel dan kantor,"
kata dia.
Gempa Bali menurut dia harus disikapi dengan
positif, meski "sampai sekarang, ada juga yang tak mengindahkannya,
dianggap mengganggu investasi."
Untuk memprediksi potensi
gempa di Bali, juga bisa dilihat melalui sejarah kegempaannya. Badan
Geologi AS, USGS, mencatat Pulau Dewata pernah diguncang sejumlah gempa
besar, antara lain pada 27 November 1815 dan 21 Januari 1917. Lalu,
terjadi gempa 6,0 SR pada 18 Mei 1963, gempa 6,5 SR pada 14 Juli 1976,
gempa 6,3 SR pada 20 Oktober 1979, dan gempa 6,6 SR pada 17 Desember
1979.
Dalam makalah berjudul Seismic Hazard Assessment in Denpasar Bali,
tim penyusun dari ITB menyebutkan gempa mematikan pernah mengguncang
Bali pada 17 Desember 1979. Saat itu 25 orang tewas dan 400 lainnya
terluka parah. Gempa tertua yang paling merusak terjadi pada 29 Maret
1862 di Buleleng. ~VIVAnews
No comments:
Post a Comment