Tidak ada seorang pun diantara kita yang menolak pernyataan bahwa
Indonesia adalah negeri yang "kaya raya". Indonesia adalah cerminan
dari slogan "gemar ripah repeh rapih loh jinawi". Bahkan seniman Koes
Plus sejak tahun 1970-an, telah melukiskan bahwa di negeri ini tongkat
dan kayu pun dapat jadi tanaman. Dengan dua samudera yang mengapit nya,
Indonesia merupakan lintasan perdagangan yang cukup strategis. Apalagi
jika dikaitkan pula dengan ada nya dua musim, yakni kemarau dan
penghujan yang menyebabkan tumbuhan dapat tumbuh subur di atas nya.
Semua sepakat Indonesia adalah negeri yang memiliki sumber daya alam
yang sangat melimpah. Kekayaan daratan yang dicirikan dengan tekstur
dan struktur lahan yang sangat subur, hutan yang sangat luas, bahan
tambang yang berlimpah; jelas mengisyaratkan betapa kaya nya tanah
merdeka ini. Begitu pun dengan kekayaan lautan yang kita miliki. Mulai
dari beragam jenis ikan, biota laut yang sangat menawan, hingga
ketersediaan minyak dan gas; menggambarkan bahwa negeri ini betul-betul
mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk diolah dan dikembangkan.
Bahkan diamati dari sumber daya manusia nya pun Indonesia tergolong
negeri yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia,
setelah China, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang sebentar
lagi bakal menembuh angka 250 juta jiwa atau seperempat milyar jiwa
ini, jelas merupakan kekuatan yang sangat hebat. Andai saja kita mampu
memoles dengan tepat, lalu mengelola nya dengan penuh kesungguhan, maka
sumber daya manusia yang kita miliki, tentu bakal tampil menjadi sebuah
kekuatan yang tiada tara. Mereka pasti bakal tumbuh dan berkembang
menjadi kekuatan raksasa. Bahkan suatu hal yang lumrah bila mereka pun
bakal menguasai pasar kerja dunia yang profesional dan bukan hanya
menjadi pembantu rumah tangga (PRT).
Justru yang
menjadi pertanyaan kita bersama adalah mampukah kita mengelola sumber
daya yang dimiliki ini agar betul-betul sesuai dengan yang diinginkan ?
Ataukah tidak, dimana hingga kini kita masih terjebak dalam gaya-gaya
lama yang umum nya hanya berpikir untuk kepentingan sesaat dengan
ukuran jangka pendek semata ? Jawaban atas persoalan ini menjadi sangat
penting, agar kita tidak terjebak dalam kebesaran wacana, padahal
secara faktual kita memang belum mampu menjalankan amanah sebagaimana
yang semesti nya. Yang terjadi malah ada nya paradoksial kehidupan
sekaligus juga ada nya suasana yang makin tajam antara yang berlimpah
dengan yang merana ! Menyedihkan sekali memang.
Mesti
nya, di negeri ini tidak perlu terjadi ada nya jurang yang menganga
antara sebagian kecil warga bangsa yang sekarang ini layak disebut
sebagai "penikmat pembangunan" dengan sebagian besar warga bangsa yang
pantas divonis sebagai "korban pembangunan". Kalau toh saat ini kita
masih menyaksikan suasana yang seperti ini, maka yang jadi masalah
adalah kembali ke mekanisme dan proses pembangunan yang dilakoni.
Apakah perencanaan pembangunan yang dilakukan sudah mengantisipasi
hal-hal yang demikian, sehingga sedini mungkin kita sudah mampu
mencegah nya ? Ataukah tidak, dimana kita sendiri malah terlena oleh
kondisi yang sedang berlangsung, sehingga tidak ada lagi kemampuan
untuk melakukan perbaikan dan perubahan ke arah yang diinginkan ?
Dihadapkan pada problematika yang demikian, tentu nya kita harus
kembali ke "purwadaksi", sambil mencermati peluang yang masih
terbentang lebar. Saat nya kita untuk introspeksi. Sekarang waktu nya
untuk berkaca diri. Jangan biarkan kita terus-terusan terjebak pola
pikir yang keliru. Jangan sampai kita menjadi tak berdaya dalam
menghadapi realitas kehidupan. Kini adalah saat yang pas untuk
melakukan perubahan. Kita ungkap secara transparan, apa sebetul nya
yang menjadi biang keladi tercipta nya kondisi yang seperti ini. Yang
bergelimpangan seharus nya tidak hanya dirasakan oleh segelintir warga
bangsa, namun mereka yang sekarang ini tercitra sebagai korban
pembangunan pun, sudah sepantas nya dapat menikmati indah nya
pembangunan. Mereka bukan lagi tercitrakan selaku yang merana.
Harapan kita, semoga dalam mengisi kehidupan masa kini dan mendatang,
kita tidak mendengar lagi ada nya warga bangsa yang bergelimpangan dan
yang merana, yang disebabkan oleh keteledoran kita dalam mengelola
pembangunan. ~SUARA RAKYAT
No comments:
Post a Comment