Friday, November 25, 2011

Yang Kaya Raya dan yang Merana...!!!


Tidak ada seorang pun diantara kita yang menolak pernyataan bahwa Indonesia adalah negeri yang "kaya raya". Indonesia adalah cerminan dari slogan "gemar ripah repeh rapih loh jinawi". Bahkan seniman Koes Plus sejak tahun 1970-an, telah melukiskan bahwa di negeri ini tongkat dan kayu pun dapat jadi tanaman. Dengan dua samudera yang mengapit nya, Indonesia merupakan lintasan perdagangan yang cukup strategis. Apalagi jika dikaitkan pula dengan ada nya dua musim, yakni kemarau dan penghujan yang menyebabkan tumbuhan dapat tumbuh subur di atas nya.


    Semua sepakat Indonesia adalah negeri yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Kekayaan daratan yang dicirikan dengan tekstur dan struktur lahan yang sangat subur, hutan yang sangat luas, bahan tambang yang berlimpah; jelas mengisyaratkan betapa kaya nya tanah merdeka ini. Begitu pun dengan kekayaan lautan yang kita miliki. Mulai dari beragam jenis ikan, biota laut yang sangat menawan, hingga ketersediaan minyak dan gas; menggambarkan bahwa negeri ini betul-betul mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk diolah dan dikembangkan.


    Bahkan diamati dari sumber daya manusia nya pun Indonesia tergolong negeri yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia, setelah China, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang sebentar lagi bakal menembuh angka 250 juta jiwa atau seperempat milyar jiwa ini, jelas merupakan kekuatan yang sangat hebat. Andai saja kita mampu memoles dengan tepat, lalu mengelola nya dengan penuh kesungguhan, maka sumber daya manusia yang kita miliki, tentu bakal tampil menjadi sebuah kekuatan yang tiada tara. Mereka pasti bakal tumbuh dan berkembang menjadi kekuatan raksasa. Bahkan suatu hal yang lumrah bila mereka pun bakal menguasai pasar kerja dunia yang profesional dan bukan hanya menjadi pembantu rumah tangga (PRT).

    Justru yang menjadi pertanyaan kita bersama adalah mampukah kita mengelola sumber daya yang dimiliki ini agar betul-betul sesuai dengan yang diinginkan ? Ataukah tidak, dimana hingga kini kita masih terjebak dalam gaya-gaya lama yang umum nya hanya berpikir untuk kepentingan sesaat dengan ukuran jangka pendek semata ? Jawaban atas persoalan ini menjadi sangat penting, agar kita tidak terjebak dalam kebesaran wacana, padahal secara faktual kita memang belum mampu menjalankan amanah sebagaimana yang semesti nya. Yang terjadi malah ada nya paradoksial kehidupan sekaligus juga ada nya suasana yang makin tajam antara yang berlimpah dengan yang merana ! Menyedihkan sekali memang.

   Mesti nya, di negeri ini tidak perlu terjadi ada nya jurang yang menganga antara sebagian kecil warga bangsa yang sekarang ini layak disebut sebagai "penikmat pembangunan" dengan sebagian besar warga bangsa yang pantas divonis sebagai "korban pembangunan". Kalau toh saat ini kita masih menyaksikan suasana yang seperti ini, maka yang jadi masalah adalah kembali ke mekanisme dan proses pembangunan yang dilakoni. Apakah perencanaan pembangunan yang dilakukan sudah mengantisipasi hal-hal yang demikian, sehingga sedini mungkin kita sudah mampu mencegah nya ? Ataukah tidak, dimana kita sendiri malah terlena oleh kondisi yang sedang berlangsung, sehingga tidak ada lagi kemampuan untuk melakukan perbaikan dan perubahan ke arah yang diinginkan ?

   Dihadapkan pada problematika yang demikian, tentu nya kita harus kembali ke "purwadaksi", sambil mencermati peluang yang masih terbentang lebar. Saat nya kita untuk introspeksi. Sekarang waktu nya untuk berkaca diri. Jangan biarkan kita terus-terusan terjebak pola pikir yang keliru. Jangan sampai kita menjadi tak berdaya dalam menghadapi realitas kehidupan. Kini adalah saat yang pas untuk melakukan perubahan. Kita ungkap secara transparan, apa sebetul nya yang menjadi biang keladi tercipta nya kondisi yang seperti ini. Yang bergelimpangan seharus nya tidak hanya dirasakan oleh segelintir warga bangsa, namun mereka yang sekarang ini tercitra sebagai korban pembangunan pun, sudah sepantas nya dapat menikmati indah nya pembangunan. Mereka bukan lagi tercitrakan selaku yang merana.

    Harapan kita, semoga dalam mengisi kehidupan masa kini dan mendatang, kita tidak mendengar lagi ada nya warga bangsa yang bergelimpangan dan yang merana, yang disebabkan oleh keteledoran kita dalam mengelola pembangunan. ~SUARA RAKYAT

No comments: