Peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
yang mencapai 6,5 persen tahun lalu bukanlah penentu kesuksesan negara
dalam meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Peningkatan PDB di
Indonesia malah justru membuat negara ini semakin miskin sumber daya.
Hal
ini disampaikan oleh pakar ekonomi dan politik Amerika Serikat Lex
Rieffel, Senin 30 Januari 2012. Dalam perbincangannya dengan VIVAnews,
Rieffel mengatakan Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang
mengalami resource curse, atau keterpurukan di tengah sumber daya yang melimpah.
"Indonesia
tidak menangani sumber daya alamnya dengan efektif. Pemerintah justru
menghancurkan sumber alam dengan terlalu berlebihan dalam
mengekploitasi, dan tidak mengalokasikannya untuk kepentingan rakyat
secara keseluruhan," kata Rieffel, yang ahli soal sistem finansial
global di Brookings Institution, lembaga riset kebijakan berbasis di
Washington DC.
Dia mengatakan pemerintah Indonesia terlalu
terfokus pada upaya meningkatkan PDB, tapi mengorbankan sumber daya
alam. Statistik PDB yang diperbarui tiap kuartal, ujarnya, juga
menyesatkan.
Dia mencontohkan penjualan gas alam hingga
miliaran dari Indonesia ke luar negeri. Memang Indonesia untung banyak,
sekaligus meningkatkan PDB, tapi kenyataannya gas yang merupakan
kekayaan Indonesia akan hilang selamanya. Peningkatan PDB ini malah
justru membuat negara semakin miskin.
"Hal ini membuktikan PDB
tidak bisa meningkatkan kualitas hidup rakyat. Ada banyak bukti empiris
dan studi yang menunjukkan kualitas hidup dan kebahagiaan rakyat tidak
ada hubungannya dengan PDB dan kekayaan negara," kata Rieffel.
Hal
yang perlu dilakukan Indonesia saat ini adalah melindungi sumber daya
alam. Ketimbang menghamburkan uang membeli perangkat perang yang tidak
ada gunanya, kata Rieffel, lebih baik menggunakannya untuk perlindungan
sumber alam Indonesia yang telah banyak dirusak.
"Sumber hutan
dan perikanan Indonesia telah rusak. Hutan digunduli untuk penanaman
kelapa sawit. Ini bukan hanya tragedi bagi Indonesia, tapi tragedi bagi
kemanusiaan," kata Rieffel.
Selain peningkatan PDB Indonesia,
berbagai lembaga pemberi peringkat seperti S&P, Moody's dan Fitch
Rating juga berlomba-lomba meningkatkan surat utang Indonesia ke
tingkat investment grade pada awal tahun ini. Rieffel memandang miring pemeringkatan tersebut.
"Kamu
percaya hal S&P, setelah kesalahan yang mereka lakukan terhadap
Eropa? Tidak, badan pemberi rating adalah bagian dari sebuah sistem
besar," kata Rieffel. ~VIVAnews
No comments:
Post a Comment