'Putri tidur', julukan itu mungkin pas diberikan pada Lily Clarke
(21) seorang mahasiswa asal Halesmere, Surrey, Inggris. Gara-gara
terlelap, ia bahkan melewatkan momentum ulang tahun dan ujian
universitas.
Namun, bukan hobi yang membuatnya terus-terusan
di tempat tidur. Lily menderita sindrom langka, Kleine-Levin yang bisa
membuatnya bisa terlelap selama sebulan sekali tidur. Ia hanya bangun
untuk makan dan minum, lalu tidur lagi.
Ia berusaha keras
untuk sembuh. Selama tiga tahun, tak kurang dari tujuh konsultan
berbeda didatangi. Lily juga tak habis-habisnya menjalani tes medis,
namun satu-satunya diagnosa yang bisa disimpulkan adalah apa yang
ibunya pernah baca di Daily Mail, Februari 2010.
"Setelah saya membaca gejalanya, saya mengenali penyakit putri saya," kata ibu Lily, Adele Clarke (47) kepada Daily Mail, Senin 15 Agustus 2011. "Sangat melegakan ketika mengetahui seseorang tahu jawaban dari pertanyaan saya."
Nyonya
Clarke mengatakan, kondisi putrinya pertama kali diketahui saat
keluarganya pergi bermain ski pada November 2007. "Tak seperti
biasanya, Lily bayak diam dan terus-menerus berkata: 'Kepalaku terasa
aneh, aku merasa tak enak badan'. Aku mengira dia hanya terserang flu
saat itu," tambah Adele,
Usai bermain ski, mereka sekeluarga pergi ke restoran. Namun selama acara makan-makan itu berlangsung, Lily terus tertidur.
Setelah
itu, Lily menolak meninggalkan tempat tidur selama 25 hari selanjutnya,
hampir tak makan dan minum, ia tertidur 23 jam sehari, tidak tahan
terhadap suara bising dan cahaya. "Wajahnya bagai kaca, tanpa ekspresi.
Aku sangat khawatir." Setelah itu Adele membawa putrinya ke dokter --
yang mengatakan ia mungkin terserang sejenis virus. Sebuah jawaban yang
tak meyakinkan.
"Baru beberapa hari sebelum Natal, Lily
akhirnya bangun. Ia tak ingat seberapa lama ia tidur, dan bahwa ia
sebelumnya merasa sakit. "Seperti seseorang menekan saklar," kata
Adele. "Dia banyak bicara, ekspresif, emosional, dan ingin buru-buru
bertemu teman-temannya."
Setelah itu, Lily sedikit pulih, ia
'hanya' tidur selama satu sampai dua minggu. Termasuk di hari ulang
tahunnya ke-18, sehingga orang tuanya terpaksa membatalkan pesta yang
mereka rancang.
Dokter menduga Lily menderita migrain sampai
depresi. Seorang konsultan ahli saraf bahkan mengira ia menderita
'episode depresi berulang'. Ia diberi obat antidepresan dan terapi
perilaku kognitif.
Namun, pengobatan itu sia-sia. Pada Juli
2008, Lily kembali tertidur lama. Ia hanya bangun beberapa jam sehari
dan merasa ketakutan tiap kali bangun. "Tingkahnya seperti anak berusia
4 tahun, memeluk boneka Teddy-nya, menghisap jari, dan menangis,
mengira ia bakal mati.
Episode tidur panjang terus berulang.
Dan meski berhasil masuk universitas, prestasi akademiknya di bawah
harapan. Lalu, pada Februari 2010, Adele membaca artikel Daily Mail
tentang Louisa Ball,
yang menderita kelainan tidur, sindrom Kleine-Levin. Ia lalu mengontak
keluarga Louisa yang menyarankan dia menemui Profesor David Nutt dari
The Chelsea and Westminster Hospital. Dokter ahli itulah yang
mengonfirmasi penyakit Lily. Ia juga tahu, penyakit itu tak bisa
disembuhkan, namun ada sejumlah terapi yang bisa meningkatkan kualitas
hidup penderita.
"Dengan bicara dengan keluarga penderita,
saya tahu bahwa dalam episode tidur panjangnya, Lilu terjebak dalam
horor, di mana segala sesuatu nampak membingungkan," kata dia. "Otaknya
tidak dapat memproses informasi. Ketika tidur, mimpinya terasa nyata.
Sebaliknya, ketika terjaga ia merasa berhalusinasi dan tidak terasa
nyata. "
Bersama orang tua penderita lain, kini Adele mendirikan
situs www.kls-support.org.uk untuk mengumpulkan kepedulian terhadap
sindrom langka ini. (umi)
• VIVAnews
No comments:
Post a Comment