Petani, kini sedang nelangsa. Saat panen yang dinantikan, sungguh di
luar bayangan nya. Ini sebetul nya yang paling ditakutkan. Panen raya
padi berlangsung diiringi hujan. Petani pasti akan menjerit. Bila panen
diiringi hujan, tentu akan menyebabkan kadar air gabah menjadi tinggi.
Padahal, pada waktu panen berlangsung, para petani sangat berharap agar
cuaca sedang cerah-cerah nya, sehingga para petani dapat menjemur gabah
agar diperoleh gabah kering panen dan gabah kering giling yang
diimpikan. Gabah dengan kadar air yang rendah, jelas akan membuat
harga di tingkat petani menjadi tinggi. Syukut-syukur harga nya dapat
jauh di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Bulan
Maret dan April 2012 adalah saat-saat puncak berlangsung nya panen
padi. Petani senantiasa berpengharapan agar cuaca yang ada senantiasa
menunjukkan keberpihakan nya. Sebab, walau pun iklim ekstrim yang
terjadi selama ini sangat sulit untuk dikendalikan, bukan berarti kita
tidak memiliki solusi. Salah satu langkah yang dapat disiapkan dengan
cerdas adalah sampai sejauh mana kita mampu mengoptimalkan dukungan
teknologi pengeringan dengan optimal ? Persoalan ini sangat penting
untuk dicermati, karena kalau kita berkehendak untuk melakukan
perlindungan dan pembelaan terhadap petani, maka pada kondisi seperti
inilah keterlibatan kita sangat dimintakan.
Pemerintah sendiri, tentu saja diharapkan mampu menyediakan teknologi
yang dibutuhkan oleh petani, terutama di masa panen berlangsung. Petani
benar-benar memimpikan agar disekitaran sawah ladang nya tersedia
teknologi pengeringan yang sederhana dan mampu menolong mereka kalau
panen berlangsung diiringi dengan hujan cukup deras. Petani juga
mendambakan agar fasilitas semacam ini betul-betul menjadi perhatian
serius Pemerintah dalam melahirkan kebijakan-kebijakan nya. Di mata
petani kebijakan Pemerintah untuk memberikan teknologi paska panen yang
dapat menekan tinggi nya kadar air, jelas akan lebih menarik ketimbang
kebijakan menaikan harga BBM.
Panen padi yang sekarang
ini berlangsung di berbagai sentra produksi, rupa nya sangat menuntut
kepada kita untuk memberi perhatian yang sungguh-sungguh. Bukan saja
karena terekam banyak nya keluhan petani tentang terus merosot nya
harga jual gabah di tingkat petani, namun bila kita ikuti perbincangan
nasional yang tercipta selama ini, tampak nya hal-hal yang berkaitan
dengan upaya peningkatan kesejahteraan petani sendiri, seperti yang
kalah pamor dengan pembicaraan-pembicaraan yang berhubungan dengan
masalah politik, khusus nya pemberantasan korupsi.
Akibat nya, ketika tahun lalu kita mengimpor beras diatas 2 juta ton,
sikap politik Pemerintah terkesan landai-landai saja. Respon Presiden
Sby pun datar-datar saja, berbeda ketika terjadi prahara di Partai
Demokrat misal nya. Fakta ini memberi gambaran kepada kita bahwa
Pemerintah kita sekarang, memang lebih memberi perhatian yang berlebih
terhadap urusan-urusan politik dan kekuasaan, dari pada secara nyata
melakukan perlindungan dan pembelaan terhadap kaum tani. Padahal, suatu
kekeliruan yang cukup besar, jika kita tidak serius dalam melahirkan
kebijakan yang mengarah kepada upaya pemartabatan kaum tani itu sendiri.
Petani dan panen padi disertai hujan, memang bukan yang dimimpikan
petani. Mau nya petani, saat panen berlangsung, kondisi iklim mendukung
nya. Cuaca nya cerah dan terjadi nya sorot sinar matahari yang tak
redup tertutup awan. Kalau hal ini tercipta, maka petani tidak perlu
risau dengan harga jual gabah hasil panenan nya. Namun, kalau kebalikan
nya yang terjadi, maka kita pun tidak bisa menyalahkan jika di sana
sini terdengar jeritan petani yang memohon dukungan semua pihak, agar
mereka dapat terbebas dari suasana yang tengah terjadi. Termasuk
Pemerintah yang saat ini sedang manggung. ~SUARA RAKYAT
No comments:
Post a Comment