Saturday, July 16, 2011

SEJARAH SINGKAT MINAHASA & ARTI FAM KELUARGA MINAHASA

Displaying the only post.
  • Resume :
    BUKTI PENINGGALAN SEJARAH KEBUDAYAAN
    DAN ASAL - USUL LELUHUR ORANG MANADO
    SERTA ARTI FAM DI MINAHASA
    ( Alberth.Mentang, SH )



    Minahasa berasal dari kata MINAESA yang berarti PERSATUAN, pada zaman dahulu Minahasa dikenal dengan nama MALESUNG. Asal-usul orang Minahasa, berdasarkan penyelidikan dari para ahli suku bangsa yg berasal dari Eropah, bahwa orang Minahasa berasal dari bagian Utara dan mempunyai pertalian serta banyak kesamaan dengan bangsa Jepang dan Philipina, baik dalam bentuk physic maupun keadaan rambut, tulang, paras wajah, bentuk mata dan lain-lain. Dari segala bahasa maka bahasa daerah yang digunakan orang Minahasa termasuk dalam rumpun bahasa Tagalog ( Philipina ).

    Menurut penyelidikan ahli ilmu purbakala ( Archaeologist ) Dr.J.P.G.RIEDEL WILKAN dan GRAAFLAND bahwa pemukiman nenek moyang orang Minahasa dahulunya disekitar pegunungan Wulur Mahatus kemudian berkembang berpindah ke NIEUTAKAN sekitar Tompasobaru saat ini.

    Leluhur orang Minahasa adalah berasal dari hubungan perkawinan antara TOAR dengan Putri RUMIMOTO ( anak Kaisar Jepang TENO HEIKA }. Kata Lumimuut berasal dari ceritera rakyat Minahasa. Menurut legenda ketika awal mula perkenalan Toar dengan Putri Rumimoto, bagi Toar terasa janggal menyebut kata “Rumimoto”, ketika Toar mencoba menirukan apa yg diucapkan Putri Rumimoto, namun selalu saja ucapan Toar yang terdengar adalah kata “Lumimuut” hingga singkatnya mereka berdua membentuk keluarga “ Toar - Lumimuut “.

    Pada zaman itu keturunan Toar Lumimuut dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan golongan yaitu :

    1. MAKARUA SIOW : Para Pengatur Ibadah dan Adat
    2. MAKATELU PITU : Golongan yang Mengatur Pemerintahan
    3. PASIOWAN TELU : Golongan Rakyat

    Istilah MAKARUA SIOW ( 2 x 9 ) ; MAKATELU PITU ( 3 x 7 ) dan PASIOWAN TELU ( 9 x 9 x 9 ) yg diambil dari bunyi BURUNG MANGUNI pada saat dilakukan pengesahan golongan - golongan tersebut. Penggolongan ini tidak dapat bertahan lama, karena terjadi kawin mawin diantara ketiga golongan tersebut.


    Berdasarkan penyelidikan Dr.JPG.Riedel Wilkan sekitar tahun 670 di Minahasa telah terjadi suatu Musyawarah para pemimpin di Watu Pinawetengan, terdapat bekasnya tertulis pada batu besar dan dapat dilihat hingga sampai saat ini. Musyawarah para leluhur itu disamping untuk menegakkan adat istiadat, juga pengaturan tentang pembagian wilayah di Malesung ( sekarang menjadi Minahasa ) sebagai berikut :

    1. ANAK SUKU TONTEWOH ( Tonsea ) menuju ke Timur Laut ;
    2. ANAK SUKU TOMBULU Menuju Utara ;
    3. ANAK SUKU TOULOUR Ke Timur menuju Atep ;
    4. ANAK SUKU TOMPEKAWA Ke Barat Laut, menempati sebelah Timur Tombasian Besar.

    Pada saat itu belum semua Daratan Minahasa ditempati, pemukiman keturunan leluhur barulah sampai digarisan sungai Ranoyapo, Gunung Soputan, Gunung Kawatak, Sungai Rumbia. Nanti setelah permulaan Abad XV semakin berkembang pesatnya keturunan TOAR LUMIMUUT (orang Minahasa) pendek kata terjadinya perang dengan Bolaang Mongondow, maka penyebaran penduduk makin meluas keseluruh daerah Minahasa. Sejalan dengan itu anak sukupun berkembang menjadi anak suku TONSEA, TOMBULU, TOULOUR, TOUNTEMBOAN, TONSAWANG, PONOSAKAN, dan Suku BANTIK .

    Dengan berpatokan pada fakta tersebut diatas, maka didalam menentukan hari jadi Minahasa, rakyat Minahasa yg tersebar dari Likupang hingga Modoinding, melalui wakil-wakilnya di DPRD Kab.Minahasa, telah menetapkan tanggal 5 November 1428 sebagai hari jadi MINAHASA.

    Di Minahasa sejak dahulu tidak pernah mengenal adanya pemerintahan yang diperintah oleh seorang Raja, namun yang ada yaitu :

    WALIAN : Pemimpin Agama/ Adat serta disebut dukun ;
    TONAAS : Orang keras yg ahli memimpin, ahli Strategi, ber -
    wawasan luas khususnya ilmu Pertanian, Kewanuaan,
    mereka yg dipilih menjadi Kepala Walak ;
    TETERUSAN : Panglima Perang ;
    POTUASAN : Penasehat.

    Dengan bertambahnya penduduk maka yg menjadi Kepala WANUA disebut Tu’a Um Banua selanjutnya dikenal UKUNG TUA dan akhirnya istilah tersebut menjadi HUKUMTUA, dimana pengertian semua istilah tersebut sama artinya yaitu PELINDUNG. Dibawah Hukumtua disebut TUA Lukar ( Kepala Lingkungan ) dan MEWETENG ( Pembagi Kerja ).


    Sebutan TONAAS didalam kalangan orang Minahasa yakni julukan bagi seorang pendekar pemberani, jujur dan baik budi, suka menolong orang yang berada dalam kesusahan. Pendekar yang tidak pernah menyerah menegakkan kebenaran, sehingga figur Tonaas adalah yang mempunyai kekuatan lebih disertai watak/karakter yg keras ( pengertian zaman dahulu ). Sedangkan pada era saat ini arti Tonaas secara umum luas artinya sebagai seorang yang mampu bertanggung jawab, berjiwa Patriotisme, dan juga sebagai figure pemimpin yg dapat menjunjung tinggi serta melestarikan nilai-nilai adat dan budaya asli Minahasa didalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

    TONAAS WANGKO BRIGADE MANGUNI
    Dicky Maengkom

    Nama MANGUNI adalah sejenis burung malam, yang bagi orang Minahasa lebih dikenal dengan nama burung doyot/Loyot ( burung hantu ) . Pada zaman dahulu disebut sebagai “ Koko ni Opo ” sebab bunyi burung ini digunakan oleh para leluhur sebagai tanda pengesahan/pelantikan suatu golongan, dan juga sebagai makhluk pembawah berita, burung penghubung ( komunikator ) melalui tanda-tanda bunyi burung Manguni, terutama dalam menghadapi serangan-serangan musuh.

    Sebagai contoh dalam ceritera Tongkeina Linekepan, dimana menceriterakan rencana penyerangan Raja Mindanau yg dikenal sebagai Kowalan Watulinei ( julukan leluhur Pangerapan ) yg artinya pendekar berkulit batu asahan.Atas petunjuk melalui tanda bunyi burung Manguni ( ko’ko ni Opo) maka para leluhur sudah dapat mengetahui sebelumnya apa yg nantinya akan terjadi, sehingga leluhur-leluhur sudah siap siaga untuk menghadapi serangan dari Raja Mindanau. Ringkasnya terjadi perang tanding diujung utara dataran Minahasa ( wilayah Likupang saat ini ). Oleh karena adanya persiapan yang matang, serta kekuatan dan kesaktian para Leluhur, sehingga Raja sakti -



    Mindanau berjulukan Pendekar berkulit batu asahan mampu dihancurkan oleh para Tonaas. Ini semua atas jasa dari burung Manguni ( burung Loyot/burung
    hantu ) sehingga dataran Minahasa ujung utara dan pulau-pulau sekitarnya dapat direbut kembali dari kekuasaan Raja Mindanau.

    Berkaitan dengan burung Loyot/Doyot, fakta kisah penulis saat mengikuti prosesi pengesahan adat pengurus Korwil, pada tanggal 11 Agustus 2007 di Watu Pinawetengan salah satu situs sejarah di Tompaso, tempat yg pernah dilakukan Musyawarah oleh 9 ( sembilan ) Tonaas pada Tahun 670. Pada saat malam pelantikan adat berlangsung dengan hikmat disertai rintihan hujan, terdengar beberapa kali suara teriakan burung doyot/burung Manguni. Bunyi Koko Ni Opo ini pertanda bahwa pengesahan pengurus telah mendapat restu dari Opo Empung (Tuhan Pencipta). Adapun hal-hal lainnya yg terjadi diluar perencanaan, sebab terdapat beberapa orang pengurus lainnya yg seharusnya ikut dalam pelantikan ini. Secara kebetulan terpisah dengan rombongan kami oleh sebab terhalang sesuatu hal lain. Sehingga beberapa orang pengurus Korwil tidak dapat turut serta dilantik secara adat Minahasa yang sangat langkah diadakan ditempat bersejarah di Watu Pinawetengan.

    BINTANG 9 (Sembilan) identik dengan Sembilan LELUHUR/TONAAS orang Minahasa yang pernah melakukan musyawarah di Watu Pinawetengan di Kecamatan Tompaso pada tahun 670, yakni Leluhur PONTORORING, PANGERAPAN, TUMALUN, SUMANTI, TUMIDENG adalah Pendekar Bumi, MAKAWALANG, LINGKAN WENE adalah Putri padi (Penguasa padi) dan Leluhur SIOWKURUR. Hingga saat ini angka SEMBILAN dipakai sebagai angka pelindung bagi warga keturunan Toar Lumimuut di Sulawesi Utara umumnya.

    Bunyi teriakan Burung Manguni yang berbunyi 9 ( sembilan kali ) bunyi burung itu menandakan bahwa kemenangan dan keberuntungan akan selalu berpihak kepada para leluhur dalam menghadapi lawan-lawannya dari suku bangsa Mindanao yg selalu mencoba menguasai tanah Malesung. Dengan cara disentakkannya kaki ketanah tiga kali dengan menyebut kata Tuama tiga kali, sambil memegang senjata dengan kedua belah tangannya berserulah para leluhur disertai kukukan memanggil dan memohon pertolongan arwah sang leluhur dan memohon perlindungan kepada Opo Empung yang dimaksud adalah Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana tersebut pada Ceritera rakyat Minahasa secara turun temurun tentang riwayat leluhurnya yakni seorang pendekar gagah perkasa, jujur dan baik hati bernama TUMALUN yg mempunyai istri bernama Tonton dengan dua orang anaknya bernama Mawikit dan Kawulanan.




    MAKAWALANG : adalah Leluhur penguasa tanah Malesung
    SIOWKURUR : adalah Leluhur penguasa yang menjaga dan mengawasi
    segala bukit dan lembah tanah Malesung yg dikenal
    dengan Pendekar Siownatokaan, wo siownapasongan.

    Opo Wailan / Empung adalah Tuhan pencipta ( bahasa Tombulu)
    Opo Kasuruan adalah Tuhan Pencipta ( Bahasa Tompakewa )


    ASAL – USUL Leluhur orang Minahasa ( Toar Lumimuut ) yang penulis peroleh dari beberapa sumber, juga berdasarkan pada ceritera rakyat Minahasa secara turun temurun. Bahwa kata TOAR artinya manusia berasal dari api, karena letusan gunung api yg terjadi sangat dahsyat pada zaman itu, sehingga akibat dari letusan tersebut berubah menjadi danau Tondano. Dalam Hikayat Malesung letusan gunung berapi yang sangat hebat tersebut terjadi pada zaman Megalitikum sebelum Masehi.

    TO artinya Orang
    AR artinya Api/Panas

No comments: